Chapter 3

26.9K 1K 0
                                    



Queenie POV ~ mulai part ini
bakalan lebih sering ke Queen POV.

---

Aku menyimpan ponselku didalam laci meja belajarku. Mengaturnya ke dalam mode getar, sehingga hanya bergetar jika ada pesan atau panggilan masuk.

Aku mengambil buku paket Fisika dari dalam tasku dan mulai mempelajarinya satu persatu di bab Energi. Setiap hari senin sampai dengan jum'at, mulai jam 7 malam sampai jam 9 malam, beginilah kegiatanku. Berkutat dengan buku sedikit banyak yang membuatku selalu mendapat nilai diatas rata-rata.

Bunda, apalagi Daddy selalu berpesan padaku 'jika aku tidak mendapat peringkat besar selama 3 semester berturut-turut, maka Dad dan Bunda akan cabut sekolahku dan pindah ke London lagi' itulah, mengapa sampai sekarang aku selalu mendapat peringkat 10 besar, malah 5 besar dan itu karena aku selalu belajar di jam berikut tadi.

Sekarang sudah jam setengah 9 malam, dari tadi ponselku terus bergetar. Entah itu pesan singkat atau telepon aku tidak tahu.

"Hi Queen, gue mau delivery fast food, lo mau sekalian nggak ?" Kyla muncul dibalik pintu kamarku, dia terlihat memakai hot pants 10 cm dan tank top biru tipis serta memegang ponselnya.

"Boleh deh, Kentang ukuran medium ya. Thanks La." Aku melanjutkan belajarku lagi.

Sekarang Kyla sudah didalam kamarku, duduk di ujung ranjang. "Sudahlah Queen, gue percaya lo pinter, stop belajar tekun seperti itu. Lo nggak pengen keluar malem gitu apa?" Kyla meracau lagi.

Dia tidak pernah belajar rutin, makanya dia masuk kelas XI IPS 2. Onty dan Om pernah marah-marah sebelumnya karena prestasi Kyla jelek, tapi lagi-lagi mereka tidak khawatir karena Kyla selalu juara Modeling. Jadi setidaknya ada yang bisa dibanggakan dari seorang Kyla, kata Onty sih gitu.

"Nggaklah, daripada peringkat gue merosot di semester ini dan Dad bakalan cabut sekolah gue terus gue balik lagi ke London, emang lo mau kesepian di rumah lagi?" Aku masih berkutat dengan soal-soal fisikaku, kurang 2 nomor lagi.

"Iya juga sih, tapi kan gue heran aja. Lo cuma punya waktu keluar malem di hari sabtu dan minggu, sedangkan sabtu dan minggu gue sering banget liat lo dirumah pas malemnya.
Kalau gue ajak ngeclub nolak mulu. Gue bilangin ya bule, lo nggak kuper, nggak gaptek juga, lo anak orang berkecukupan, tapi tingkah lo disini, 360 derajat berbanding terbalik dengan waktu lo masih di Negara kelahiran lo. Stop it Queen! Gue denger si Pandu nembak lo kan beberapa hari yang lalu?" Panjang lebar Kyla berbicara.

Nah loh, dari mana Kyla tahu coba? Padahal aku sama sekali tidak cerita kesiapapun. Aku memasukkan semua peralatan menulisku ke dalam tas, menaruhnya di tempat yang seharusnya lalu duduk di tengah-tengah ranjang.

"Well, gue udah trauma sama sikap si Bastian. Pandu? Dia segenk kan sama pacar lo si Ben?" Sahutku.

Aku mulai menyentuh ponselku dan disana ada 7 missed call dan 12 line.

"Gue tahu dari Ben, si Pandu nembak lo, gue setuju, buat Pandu tekuk lutut ngemis cinta ke lo." Ujar Kyla menggebu-gebu sekarang.

"Eh La, bukan lo kan yang ngasih ID line gue ke Pandu?" Aku menebak saja dan ternyata benar. What the hell -,-

"Lo lupa, si Ben punya kontak line lu, tanpa ID juga, si Ben bisa kirim kontak lu ke si Pandu." Kyla menepuk-nepukkan ponsel ke keningnya sendiri.

"God damn it! Argh.. Rumyam idup gue." Entah kenapa, dunia gue jungkir-balik beberapa hari ini karena seorang Pandu.

"Gue permisilah, gue mau cek jadwal buat besok. Bye Queen" kyla bangkit dari ranjang, mencium pipiku sekilas (baca: kebiasaan kami berdua jika akan berpisah) lalu keluar kamarku. Aku berdiri, mengunci pintu kamarku. Membuka log panggilan di ponselku.

7 missed calls
0822 44xx xx22

Line
From: Pandu StNagara
- Hi!
- Halo!
- Bales chat gue dong
- Gue baru tau, cowok secakep gue dianggurin
- Halo! Ini beneran Queenie kan?
- Hi Queenie Abigail anak XI IPA 3. Jawab dong
- okelah, gue minta maaf. Nembak lo tiba-tiba padahal kita belum sama-sama kenal.
- please Queenie. Gue mesti gimana biar lo maafin gue :'
- Queen
- Queenie Abigail ?
- Are you there Queenie ? Gue yakin lo belum tidur (:
- Forgive me please. I'll waiting your reply darl!

What the, pesan Pandu banyak. Sepertinya dia benar-benar menyesal dan ingin minta maaf. Aku baru tahu, player kelas elite macam Pandu, bisa sebegitu melow-nya.

To: Pandu StNagara
I forgive you. Do not distrub me again, dude! xoxo

Aku menekan tombol send dan melempar ponselku asal ke atas ranjang. Aku beranjak ke kamar mandi. Lima menit berlalu, aku keluar kamar mandi dengan wajah lebih fresh. Aku mengambil ponselku, disana sudah ada balasan dari Pandu, 3 menit yang lalu. Gerak cepet amat nih player.

From: Pandu StNagara
Thankyou. Gue nggak janji gue nggak bakalan gangguin lo lagi. Sebagai permintaan maaf dan makasih karena lo udah maafin gue, besok pagi gue jemput lo dirumah lo. See you soon darl. Gue udah tau rumah lo dan gue nggak mau ditolak :*

Aku melongo membaca balasan pesan Pandu. Aku kembali mengerjapkan mataku. Apalagi sekarang. Aku tidak mau ambil pusing, paling juga Pandu nggak akan ngejemput beneran. Aku mematikan lampu dinakas dan memasuki alam mimpiku.

--//--

Alarm ku terus berbunyi. Menandakan jam 05.00, aku bangun dan masuk kamar mandi.

Aku mematut penampilanku didepan cermin. Perfect. Seragam putih abu, rambut ku gerai. Aku turun ke lantai satu, aku tahu pasti Onty, Om dan Kyla sudah ada di meja makan, apalagi ini sudah jam 5.58, aku nggak akan telat, tapi waktu untuk sarapan tidak banyak.

"Good morning Onty, Om, Kyla. Have a great day" aku berjalan mendekat meja makan, mencium pipi Onty, Om juga Kyla. Kebiasaan. Aku duduk di kursi sebelah Kyla.

Dirumah ini, meja makan cukup untuk 8 orang, tapi setiap kita makan, paling-paling hanya terisi 1 sampai 4 orang saja, membosankan bukan. Aku mengambil nasi goreng yang sudah dimasak Bi Ina.

Ting Tong

Bi Ina dengan sigap menuju pintu depan. Membuka kan pintu untuk tamu pagi ini. Beberapa menit kemudian, Bi Ina masuk dan menuju kearahku. "Non, diluar ada temennya nyariin, tampan sekali non, memakai motor warna hitam. Saya permisi ke belakang dulu" Ucapnya lalu pergi kedapur lagi.

"Biar gue tebak Queen, itu pasti Pandu. Seserius itukah Pandu ke lo?" Kyla kembali meracau.

"Siapa Queen? Pandu itu siapamu?" Ucap Onty.

Ya aku harus menjelaskannya pada Onty dan Om, "Onty, Om, i wanna tell you something. But not now, please, aku cuma harus berangkat sekarang." Aku berkata kepada Onty setengah memelas.

"Aku tahu kamu hari ini ada pemotretan dan ijin lagi kan La. See you soon." Aku mecium pipi kiri Kyla kilat, menggendong tasku asal dan pergi ke pintu depan.

What the hell, dia beneran Pandu. Oke.. Sebenernya apa yang direncanakan pandu atau apa yang dipikiran pandu sekarang. Aku sama sekali nggak ngerti.

❤️💛💚
To Be Continue ya

VOLUM II: HyggeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang