Chapter 35

10.6K 464 6
                                    

Mulai chap ini Sy bakalan agak lama update karena kadang suka gadapet feel dan lagi kalo upd suka gabegitu panjang SO SO SO SORRY.

VOTE dulu baru baca ya

-----

"Iya bukan saat ini. Tapi nanti, menunggu saat yang tepat. Saat kamu benar-benar yakin denganku." ucapnya dengan tatapan datar. Aku sering kali mengalami kesulitan membaca mood Pandu dari wajahnya. Dia menurunkanku dari pangkuannya "Aku tau Bee, Kamu masih tidak bisa mempercayai ku dalam beberapa hal." kali ini ucapannya terdengar pilu dan lagi-lagi Pandu meninggalkanku sendiri dalam keadaan tanya tanya besar.

Aku menelan ludahku susah payah. Bagaimana bisa Pandu tau, aku tidak ummm belum percaya penuh padanya. Jangan-jangan Pandu cenayang ? Aku sedikit merinding jika Pandu benar-benar cenayang.

--//--

Keesokan harinya, semalam aku tidur pukul 3 pagi dan bangun pukul 6 pagi. Aku sering tidak bisa tidur jika bukan dikamarku atau tidak sedang memeluk seseorang. Aku berguling diatas ranjang, memainkan ponselku. Membuka aplikasi berwarna hijau dan mengirimi Kyla pesan. Sedari kemarin aku tidak memberi kabar apapun kepada siapapun.

To: Kyla Roses At
Morning La! Kemarin Gue cabut sama Pandu dari mall. Gue diVilla sama Pandu, mungkin besok baru balik. See ya.

Aku tidak menunggu jawaban Kyla karena aku yakin, jika dia masih terjaga pasti dia sedang kerja apabila tidak dia pasti masih tidur. Intinya dia tidak akan sempat membalas pesanku saat ini juga.

45 menit berlalu, aku selesai mandi dan memoles tipis wajahku dengan make up yang selalu ada didalam tasku. Aku baru keluar kamar saat aku mencium bau sedap nasi goreng dari arah luar kamar.

Aku berjalan pelan kearah dapur dan menemukan Pandu sedang duduk disalah satu kursi di samping meja makan. Bi Idan mondar-mandir mengurusi makanan yang lain. Aku semakin mendekat kearah meja dan duduk di kursi seberang tepat didepan Pandu.

"Nona cantik sudah bangun. Bentar ya non setelah ini Bibi ambilkan makanannya." Aku memperhatikan Pandu yang masih sibuk bermain ponselnya.

" Aku memperhatikan Pandu yang masih sibuk bermain ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pagi Bee." aku menyapa Pandu namun tidak ada jawaban darinya. Terbesit rasa kecewa yang baru saja melintas dibenakku. Aku melihat sudah ada piring kosong kotor diatas meja depan Pandu. Bahkan makan saja dia tak mau menungguku.

Bi Idan berdiri disampingku. Menuangkan nasi goreng ke piring didepanku, lalu menuangkan susu vanila juga air putih ke gelas berbeda. Aku menunduk, rasanya ingin sekali menangis tidak diperhatikan Pandu seperti ini.

Aku bisa melihat Pandu lewat sudut mataku, Pandu sedang berdiri berjalan memutari meja dan tiba-tiba saja sebagian tanganku terasa menempel kesesuatu yang dingin dan telanjang. Ternyata sebagian tanganku bersentuhan dengan dada dan perut telanjang Pandu.

Pandu berdiri disampingku, dia sedikit menunduk mencondongkan kepalanya mencium puncak kepalaku. "Pagi Bee. Aku siapkan mobil dulu didepan, hari ini kita jalan-jalan." ucapnya setelah mencium ku.

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku pelan melihat tingkah Pandu. Sebenarna dia romantis tapi tidak bisa peka. Bi Idan tertawa setelahnya. "Tau nggak non. Den Pandu dulu pernah ngajak nona El kesini." JLEB, rasanya ada yang menusuk hatiku ketika Bi Idan mengatakan itu dengan santainya. "tapi yang Bibi tau, aden nggak pernah semesra itu dengan nona El dulu." Aku menunduk, enggan meresponse pernyataaan Bi Idan barusan "maaf non, bukan maksut Bibi membuat non sakit hati. Bibi tidak pernah melihat aden setulus itu dengan perempuan kecuali nona Pranda. Saya permisi dulu non mau bersih-bersih halaman belakang." Aku mengangguk dan mulai menyantap makananku.

5 menit berlalu, tidak ada suara lain selain dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring.

Ting ting ting ting ...

Aku mencari sumber suara tersebut dan ternyata yang berbunyi ponsel milik Pandu. Aku berdiri untuk mengambilnya dan melihat siapa yang menelfon Pandu pagi-pagi begini.

ID Caller: Leonita

Aku menegang. Mencari-cari nama perempuan siapapu yang bernama Leonita tapi tidak ketemu, beberapa detik kemudian ponsel Pandu hening.

Aku kembali menaruh ponsel Pandu ditempat semula. Kembali duduk dan mencoba menikmati makananku lagi, tapi percuma karena nafsu makanku menadadak hilang.

"Sudah selesai Bee?" Pandu memecah keheningan yang tercipta didapur selama 25 menit tadi. Kini Pandu sudah berpakaian rapi, joger pants warna abu tua, kaos hitam polos dan sepatu adidas yang membuat penampilan Pandu tampak semakin sempurna. Mr. Charming is here.

"Ponselmu tadi berbunyi Bee. Sepertinya telefon."

Pandu terlihat berjalan mengambil ponselnya. Aku mendongakkan wajahku melihat ekspresinya, kaget. Aku dengan secepat kilat menundukkan kepalaku. "Kau mengangaktnya Bee?" tanyanya lagi tapi aku mendongakkan wajahku lalu menatapnya lekat. "Tidak." dan aku membaca ekspresi lega yang terpancar jelas dari mata Pandu.

"Aku ganti baju dulu. Tunggulah dimobil aku akan menyusul." Kataku cepat lalu berjalan kearah kekamar.

10 menit berlalu, aku keluar kamar dengan tanda tanya besar didalam kepalaku. Oh God, kejadian kemarin malam dan hari ini bisa membuat otakku serasa mau pecah.

"Kenapa tidak mengabariku?"

"....."

"Kau selalu saja begitu."

"....."

"You know me so well Nita!"

Nita. Jantungku berdegup kencang. Aku berdiri diambang lorong dari ruang belakang keruang depan, Pandu berdiri di depan pintu villa sambil memegang telefonnya. Posisinya memunggungiku sehingga dia tidak tau aku sedari tadi berdiri mendengar hampir semua percakapannya dengan Nita.

"Aku akan menemuimu setelah pulang dari sini. Jangan kemana-mana! Tunggu aku!"

"...."

"I'll see you soon babe"

Aku cepat-cepat mendongakkan kepalaku menatap langit-langit. Menahan air mataku turun. Tidak mungkin Pandu berselingkuh.

Aku berjalan mendekatinya, memegang tangannya dan secepat kilat Pandu menepisnya.

Dia berbalik dengan sepontan "maaf bee. Aku kira siapa tadi." Katanya gelagapan.

"Memangnya siapa Ndu?" tanyaku menantang.

"Bukan siapa-siapa. Ayo pergi." Dia mengapit tanganku, membukakan pintu mobil dan berlari memutari mobil.

--//--

"Kita pulang saja sekarang. Onty Rora mencariku." Kataku datar. Aku masih menatap pemandangan luar dari jendela disampingku. Kita sudah keluar dari komplek villa elite milik keluarga Satya.

"Baiklah." Jawaban singkat dan berhasil menohokku.

Sepenting itukah Nita sehingga Pandu tidak memberontak permintaanku untuk pulang ke jakarta sekarang? Oh ya dia akan menemui Nita-nya setelah selesai bersamaku. Haha poor you Queenie.

dan satu bulir air mata berhasil lolos.

VOLUM II: HyggeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang