✔Chapter 5

5.1K 450 35
                                    

Dingin angin sore belum terlalu menusuk. Satu dua anak rambut Syira berkibar ringan. Manik matanya menatap lurus ke arah cakrawala senja. Sesekali sekawanan burung terbang beriringan ke arah terbenamnya surya. Seakan mengejarnya, tak rela cahaya itu pergi untuk semalam.

"Huh."

Syira menghela napasnya dalam. Kepalanya tertunduk. Sudah lebih dari lima menit gadis itu terduduk di sana, Royal Secret Garden, tapi belum ada tanda-tanda Ren akan muncul. Baru lima menit, sih. Namun, untuk orang seperti Syira, lima menit adalah waktu yang tak sedikit. Setidaknya ada 300 detik di dalamnya.

Ia masih tak mengerti. Apa yang terjadi pada Ren. Ada apa dengan wajahnya juga apa sebabnya. Ia tak tahu. Ia takut. Takut dalam arti sebenarnya. Akankah ia kehilangan teman lagi? Untuk kesekian kalinya? Astaga, itu bagus! Benar-benar rekor yang tidak keren!

"Syira!"

Syira terhenyak. Segera ia menegakkan kepalanya. Ren sudah berdiri di depannya.

"Ren. Kau datang?" wajah masam Syira luntur seketika, digantikan binar senyum manisnya. "Kukira kau tak datang."

Ren mengambil alih bangku di samping Syira. "Aku hanya tak mau kau seperti lakon drama. Menunggu seseorang dengan setianya, tapi orang yang kautunggu tak pernah datang. Kau tahu, itu benar-benar tidak berkelas untuk ukuran bangsawan sepertimu."

Syira tertawa renyah. "Selera humormu bagus juga."

Ren ikut terkekeh. Ia bisa melihat dengan jelas betul binar kebahagiaan dari Syira. Bahkan, dirinya dapat melihat setitik kecil cairan bening di sudut mata Syira. Sampai seharu itukah dia?

"Oh, ya. Apa yang akan kaubicarakan?" Ren menghentikan tawanya.

Syira kembali terdiam. Sibuk memilah kata yang akan ia ucapkan. Ia tak mau jika endingnya Ren bungkam karena dirinya salah ambil kata.

"K-enapa kau menghindariku tadi siang? Apa yang terjadi padamu semalam?" tanya Syira perlahan. Ia menjeda kata-katanya dengan beberapa tarikan napas.

Ren tersenyum melihat tatapan keingintahuan Syira. Itu manis, menurutnya. Detik berikutnya Ren menghela napas panjang, lantas bercerita. Tentang kejadian semalam, Ren menceritakan seluruh detail yang ia ingat. Tak peduli Syira tersinggung atau tidak dengan kata-katanya. Namun, Ren optimis gadis itu mengerti maksudnya.

" ... Begitulah. Maafkan aku," tutup Ren.

"Ren, kau tak perlu minta maaf." Syira memberi jeda beberapa saat. "A-ku minta maaf. Ini semua karena salahku."

Ren terhenyak. Ia tak mau adegan drama ini terus berlanjut. Ia tak mau menguar aura kelam rasa bersalahnya yang membaur dengan milik Syira.

"Jangan menyalahkan dirimu. Jika bukan kesalahan fatalku saat registrasi ulang di sekolah ini, hal konyol ini tak akan terjadi." Ren terkekeh kecil membuat dahi Syira mengernyit.

"Apa hubungannya, Ren?" ujar Syira gemas.

"Kau tahu, Syira. Aku menyandang identitas palsu di sini. Dan kupikir aku bisa menguarkannya padamu. Apa kau bisa menyimpan fakta identitasku ini?"

Syira terdiam beberapa saat lantas menjentikkan jarinya. "Ah, aku tahu! Kau seorang ... Bangsawan, kan. Lalu kaumenyamar jadi orang biasa. Dan sebenarnya kau ini tampan luar biasa," seru Syira menyimpulkan.

"Ekspektasimu ketinggian, oi!" sela Ren gemas. "Imajinasimu kurang kreatif, Ra. Terlalu monoton. Kau kira ini cerita apa?"

"L-lalu?" Syira menelengkan kepalanya. Sesekali kerutan samar nampak di keningnya membuat Ren gemas.

Prince or Princess (DALAM PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang