Udara dingin membelai tengkuk Felix. Entah apa yang salah dari malam ini. Pikirannya tak tenang, ia merasa gundah plus gelisah. Di tambah lagi wakil kepala sekolah yang memintanya untuk membawa Ren ke ruang wakepsek. Astaga! Ia kira sangkut-pautnya ia dengan anak aneh itu sudah berakhir.
Felix memijakan kaki pada anakan tangga yang tertata sepiral. Berkelok-kelok hingga ke lantai berikutnya. Tak disangkannya, seorang Ren terpilih untuk menempati kamar pada lantai yang tak terjamah siswa lain. Tempat yang selalu terlihat horor karena kelenggangannya.
Cahaya rembulan menyorot lorong-lorong melalui celah ventilasi. Meremang tertutup awan lalu kembali bersinar, membuat penerangan lorong seakan mengejap. Felix mengedarkan pandangannya, menelisir lorong yang tampak remang. Perasaannya saja, atau lorong ini terlihat kelam. Seakan memberi tahu Felix akan sesuatu yang tak beres.
"Aku merasakan sesuatu yang gelap." Felix mempercepat langkahnya, menyusur lorong dengan lantai marmer mengkilap itu. Semakin dekat ia dengan pintu kamar Ren, semakin berkecamuk perasaan resah. Aura gelap pun terasa mengambil alih atmosfer cahaya murni yang dipendarkan kilau lampu kristal yang tergelantung di depan pintu kamar Ren.
Dengan paksa Felix mendobrak pintu yang terkunci rapat itu. Kosong. Felix hanya mendapati seberapa kacaunya ruangan itu. Miris. Yang ditangkap manik zamrudnya hanya ruangan dengan setumpuk barang yang telah menjadi serpihan, hampir hangus tesisih di sisi ruangan. Jantung Felix berdegup kian cepat. Aura gelap yang teramat dingin membelai tengkuknya. Felix memendarkan pandangannya, berharap menemukan sesuatu yang berarti.
Felix melangkahkan kakinya. Mendekat pada karpet beludru lembut, satu-satunya furniture yang masih berada di tempatnya tanpa bergeser seinci pun. Ia menyadari bercak darah yang menodai karpet dengan warna jingga kemerahan. Bercak itu terlihat kontras dengan warna karpet, hingga sulit dikenali. Tapi, untuk orang dengan penglihatan dan penciuman tajam seperti Felix, semua itu tak mustahil.
Felix mulai mencermati bercak darah itu. Tak salah lagi itu darah Ren! Felix tersentak. Kenapa seseorang menginginkan Ren? Memangnya ada yang menginginkan orang merepotkan seperti dia? Beribu pertanyaan mulai bergejolak, berpusing di benak Felix. Tapi, saat ini bukan waktunya untuk berpikir. Ia harus segera memberi tahukan semuanya pada Mrs. Mire.
◆◇◆◇◆
"Konon, dahulu kala, ada sebuah tempat yang sering disebut-sebut sebagai tanah kaya bernama Aelenci. Negara yang diapit oleh Bukit Azure dan Danau Brighten. Negara itu memiliki tanah yang amat subur, hingga segala tanaman selangka apapun dapat tumbuh di sana. Tempat itu disebut-sebut sebagai tempat yang paling makmur dan kaya. Dibawah pimpinan Raja Kou dan Ratu Leviz, tempat itu semakin jaya dengan kebijakan-kebijakan yang dilakukan raja bijaksana seperti Raja Kou.
Pada hari Sabtu, tanggal 6 Juni—hari yang dianggap tak baik oleh warga Aelenci karena sebuah legenda tentang kutukan leluhur, lahirlah seorang bayi perempuan yang kelak akan meneruskan takhta Kerajaan Aelenci. Sang Raja sama sekali tidak bahagia pada saat itu, terlebih pula Sang Ratu yang kecewa pada dirinya sendiri. Konon dikatakan, siapa pun yang lahir pada hari itu akan mendapatkan sebuah kutukan. Kutukan yang akan mengubah Aelenci sepenuhnya. Maka dari itu, Raja dan Ratu sama sekali tak bahagia menyambut kelahiran putri pertama mereka.
Seminggu berlalu, Ratu nampak tak bisa lepas dari kesedihannya. Ia merasa takut jika putrinya akan membawa kutukan di tanah Aelenci. Putri mungil itu tampak cantik diberkahi dengan sepasang manik mirah dan rambut seperak cahaya rembulan. Siapa sangka, bayi yang dikaruniai fisik yang teramat cantik itu menyimpan kutukan. Raja Kou sudah sering membujuk permaisurinya untuk tidak terlalu memikirkan kutukan itu, tapi usahanya itu sia-sia. Sang Ratu tak pernah mau menyentuh, bahkan sekadar melihat bayinya. Rasa bersalah akan muncul di hatinya saat melihat sosok manis bayi perempuannya. Itu bukan keinginannya—Ratu tidak ingin putrinya menjadi kutukan dan menjadi benalu atas Aelenci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince or Princess (DALAM PROSES REVISI)
Fantasy(𝙼𝚘𝚑𝚘𝚗 𝚖𝚊𝚊𝚏, 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚍𝚒𝚛𝚎𝚟𝚒𝚜𝚒. 𝚂𝚊𝚛𝚊𝚝 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚎𝚓𝚊𝚊𝚗, 𝚝𝚊𝚝𝚊 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚕𝚒𝚜𝚊𝚗, 𝚙𝚕𝚘𝚝 𝚑𝚘𝚕𝚎, 𝚍𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔𝚋𝚎𝚛𝚊𝚝𝚞𝚛𝚊𝚗 𝚕𝚊𝚒𝚗𝚗𝚢𝚊) --First Book-- "Sebuah kasta t...