Gray berjongkok di hadapan Ren. Mata kelabunya menelisik wajah Ren yang tertunduk. Menunjukkan ekspresi lemah bukan hal yang membuat Gray luluh. Coret itu, tak ada yang bisa membuatnya luluh. Jemarinya mulai menyentuh dagu Ren, satu tangannya yang lain menyibak umbai cokelat Ren yang menutup sebagian wajahnya.
"Kau tahu, Ren. Ekspresi wajahmu membuatku ingin melenyapkanmu secepatnya."
Dengan paksa Ren menegakkan kepalanya. Menatap manik kelabu yang penuh dengan kebohongan itu. "Memangnya aku peduli dengan apa yang akan kau lakukan," balas Ren sarkastik.
Gray tertawa. "Aku suka nada bicaramu." bahkan Ren tak tahu itu pujian atau hinaan. "Baiklah," ujarnya, "jika kau tak peduli, aku akan memulainya."
Gray menghentakkan telapak tangannya ke tanah, saat itu juga sebuah pentagram tergambar tepat di bawah kaki Ren. Mata Gray kembali menatap Ren, seringaiannya melengkapi tatapan yang mencoba membisikkan sesuatu pada Ren. Jemari Gray menggapai leher Ren, mencengkramnya erat hingga Ren kesulitan bernafas. Rasa panas menjalari tubuh Ren ketika seuntaian rune melilit lehernya. Entah apa fungsi rune-rune kuno itu, tapi sedari tadi Ren bisa melihat berbagai jenis rune memenuhi tempatnya dikurung.
"Katakan kau tak mencoba memanggil iblis dari dunia bawah dengan semua rune dan pentagram ini." Ren mencoba mengeluarkan celaannya. Mencoba melupakan rasa sakit yang menjalari tubuhnya.
"Hnn ... Lebih tepatnya iblis yang ada di dalam tubuhmu," bisik Gray sembari mendekatkan bibirnya pada telinga Ren. Bola mata Ren membulat sempurna. Ia berusaha mencerna tiap kata yang dibisikan bibir penuh dusta Gray. Gray melepas cengkramannya lalu kembali menatap Ren. "Ini akan memerlukan waktu lama." Gray berdiri, tapi pandangannya tak lepas dari wajah pucat Ren. "Kau akan bertemu denganku lagi nanti, saat waktunya aku melepas ikatan itu sepenuhnya." Gray kembali menghilang dalam kegelapan, tubuhnya lenyap dalam hembusan asap gelap yang selalu meninggalkan kehampaan setelahnya.
Apa? Apa maksudnya iblis yang ada ... Di dalam tubuhku?
Kejanggalan itu kembali memenuhi kepala Ren. Berpusing. Membisikkan jawaban-jawaban tak masuk akal lalu kembali lenyap berganti argumen yang lain.
"Hei, kau!" Pandangan Ren beralih pada seorang perempuan yang tadi dibawa dua laki-laki bertubuh kekar. Ia dikekang oleh untaian rantai di seberang tempat Ren bersimpuh. "Kau terlihat kebingungan, apa kau tak mengerti maksud perkataan Gray?" tanyanya dengan nada bicara yang tak bisa dibilang ramah.
"T-tidak," jawab Ren pelan.
"Astaga! Dirimu sendiri bahkan tak tahu, bagaimana orang-orang itu bisa tahu?!" perempuan itu mendecak. Nada bicaranya membuat telinga Ren berdengung. "Dengarkan aku, ya! Jauh di dalam dirimu ada sesuatu yang memiliki kekuatan mengerikan, kekuatan yang bisa menghancurkan dunia dalam satu jentikan jari. Dan mereka itu, ingin mengambilnya darimu. Karena sejatinya hal yang ada pada tubuhmu itu adalah kepemilikan bangsa kami—para bsngsa dark," jelas perempuan itu dengan lantang.
"Tapi, tapi bagaimana dia ada di dalam tubuhku?"
"Mana aku tahu. Aku ini bukan orang yang bisa mengetahui segala hal," ujar perempuan itu ketus.
◆◇◆◇◆
"Ini dia, Kota Nirvana," ujar Vier sembari menatap jalanan yang lumayan ramai.
"Cih, apanya yang nirvana? Kurasa ini neraka," cetus Zeon.
"Terserah kau menyebutnya apa. Ayo pergi! Dan sekali lagi, jangan buka tudung jubah kalian. Mengerti?"
Semuanya mengangguk lalu mengikuti langkah Vier dari belakang. Cukup sulit menyusup ke tengah-tengah kota ramai seperti kota Nirvana yang terletak jauh di tengah-tengah dark zone. Jikalau si kembar tak memiliki kemampuan membuka portal ke titik sepi Kota Nirvana, mungkin kini Vier dan yang lainnya tengah bertarung habis-habisan dengan pembuas-pembuas para bangsa kegelapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince or Princess (DALAM PROSES REVISI)
Fantasy(𝙼𝚘𝚑𝚘𝚗 𝚖𝚊𝚊𝚏, 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚍𝚒𝚛𝚎𝚟𝚒𝚜𝚒. 𝚂𝚊𝚛𝚊𝚝 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚎𝚓𝚊𝚊𝚗, 𝚝𝚊𝚝𝚊 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚕𝚒𝚜𝚊𝚗, 𝚙𝚕𝚘𝚝 𝚑𝚘𝚕𝚎, 𝚍𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔𝚋𝚎𝚛𝚊𝚝𝚞𝚛𝚊𝚗 𝚕𝚊𝚒𝚗𝚗𝚢𝚊) --First Book-- "Sebuah kasta t...