Chapter 14

3.1K 330 19
                                    

"Itu dia Darkness Castle," kata Vier menunjuk sebuah bangunan megah yang keseluruhan dindingnya berwarna kelam.

"Jadi, apa rencananya?" tanya Arenda.

Vier terdiam. Semuanya menatap penuh tanya ke arah Vier. Seketika suasana berubah 180°! Beginikah jika anak-anak elite sedang serius?

"Aku sampai lupa menyusun rencana."

GUBRAK!!

"Bilang aja dari tadi!" gertak Arenda emosi.

"Siapa suruh kalian terlalu serius?" Vier terkekeh geli.

"Lalu, kita harus bagaimana?" tanya Rezel memastikan. Belakangan ini ia jadi serius karena misi ini.

"Yang harus kita lakukan hanyalah masuk tanpa menarik perhatian," usul Agra.

"Jadi begitu. Aku punya ide!" seru Vier membuat semuanya langsung mengalihkan pandangan padanya. "Deaz, kau bisa membuat terowongan dari sini sampai melewati batas penjaga itu?" Vier menunjuk gerbang yang dijaga ketat oleh monster bertubuh besar.

"Tentu. Serahkan padaku," jawab Deaz mantap.

"Dan Agra, kau bisa memanipulasi aura kami semua? Para penjaga itu memiliki indera yang cukup kuat."

"Tentu saja. Itu keahlianku."

Agra menatap semua anggota timnya lalu ia menghela nafas panjang. Ia menutup matanya, ia mencoba menfokuskan elementnya. Begitu Agra membuka mata, manik matanya bercahaya. Ia mengarahkan tangannya pada semua. Serentak cahaya berpendar di sekitar mereka, menyelubungi mereka.

"Bagus, Agra. Deaz!" Vier memalingkan wajahnya pada Deaz. Deaz mengangguk paham.

Deaz menapakkan telapak tangannya ke tanah, di depannya tanah mulai runtuh dan membentuk sebuah lubang yang memanjang menjadi terowongan.

"Ayo. Tiket berangkat kita dimulai dari sini!"

Mereka semua berjalan menyisir terowongan. Deaz memastikan bahwa jalan yang mereka lalui benar-benar aman. Deaz sudah mengatur terowongan itu sedemikian rupa, ujung terowongan pun sudah bertempat di tempat yang tepat.

"Kalau boleh bertanya, Lya itu... Seperti apa? Lucu kan jika nanti kita salah orang," Arenda membuka percakapan.

"Lya itu-"

"Manis kaya permen," serobot Deaz memotong perkataan Vier.

"Kaya permen? Memangnya harus dirasain dulu ya?" tanya Yucie heran.

"Hush... Jangan bawa kisah asmaramu dengan Lya, Deaz!" sindir Rezel lalu terkekeh.

"Oy, kenapa malah jadi hubungan asmara woi!" seru Deaz sewot. Deaz dan Rezel saling senggol-senggolan bak metromini ugal-ugalan.

"Sudah, sudah. Kalian ini jika sudah bahas Lya ributnya minta ampun." Vier memisahkan merela berdua. "Aku tahu Lya itu cantik, dan pastinya membuat kalian kepincut kan?" tambah Vier membuat Deaz dan Rezel mendelik.

"Kau yang naksir Lya kan!?" seru Deaz dan Rezel bersamaan.

"Ah, aku tak mengerti jalan pikiran laki-laki. Kau gak ikut sekalian, Gra?" Arenda menyenggol lengan Agra.

"Aku kan belum pernah bertemu Lya Verin. Mana aku tahu," jawab Agra yang ternyata sedari tadi kebingunan.

"Kenapa kalian jadi bahas Lya sih? Tambah nih Trio Koplak nge- fans sama Lya ya?" serobot Yucie. Niatnya nyindir.

"Siapa yang kau bilang Trio Koplak?!" protes Deaz dan Rezel bersamaan. Lagi.

"Sudah, sudah. Jika kalian ingin tahu seperti apa Lya, tinggal kalian bayangin Rezel mode perempuan," jelas Vier membuat yang lainnya terdiam. Beberapa detik kemudian, tawa pun pecah yang membuat Rezel sewot.

Prince or Princess (DALAM PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang