Sebelum membaca harap siapkan pisau, gunting, cutter, atau benda tajam lainnya biar ceritanya gak gantung. (Kalau gantung, potong aja talinya)
Typo everywere~Happy Reading~
——0O0——
Agra hanya terdiam selagi Yuvie dan Deaz berdebat. Sementara monster berkepala tiga itu terus menggeram dan meraung.
"Berisik!"
Deaz meretakkan tanah yang dipijak sang monster, hingga monster itu terjerembab. Suara raungan terdengar makin keras, menggema, dan kembali menyisakan kesunyian.
Monster itu kembali bangkit. Berlari ke arah Deaz hendak menerjangnya. Namun, gelombang tak kasat mata menghempasnya ke belakang. Deaz tertoleh pada Agra yang berdiri paling belakang.
"Ingat apa yang Vier katakan, Agra!" kata Deaz mengingatkan. Agra memutar bola matanya culas.
"Vier hanya bilang hemat, bukan jangan, kan?" elak Agra yang hanya ditanggap Deaz dengan memalingkan wajahnya seakan mengatakan terserah.
Monster berkepala tiga itu kembali bangkit dan meraung. Deaz mengurung sang monster dalam penjara yang dibuatnya dari tanah. Yuvie membakar monster itu dengan element apinya. Monster itu musnah serupa dengan penjara tanah milik Deaz yang hangus.
Deaz menatap Yuvie yang cengengesan.
"Maaf untuk penjaramu, Deaz." Yuvie terkikik.
Belum sempat mereka menghela nafas lega, suara raungan kembali terdengar silih berganti. Membuat langit-langit terowongan seakan akan runtuh dengan suara itu.
"Lari!"
.
.
."Apa maksudnya penjara tanpa penjaga?" desis Vier melihat kosongnya sel-sel berkarat tanpa penjaga.
"Bukannya itu malah menguntungkan kita," saut Arenda.
"Bukan menguntungkan tapi mencurigakan."
Jari-jari Vier mulai menelisir tiap-tiap besi yang mulai berkarat berjajar membentuk sel demi sel. Langkahnya terhenti di salah satu sel. Vier melihat lamat-lamat sel yang ada di depannya.
"Kenapa berhenti, Vier?" Rezel menepuk bahu Vier. Matanya langsung tertuju pada apa yang dilihat Vier, "ini?" tanyanya yang langsung ditanggapi anggukan oleh Vier.
"Kenapa berhenti, sih?" Arenda berjalan ke arah Vier dan Rezel. Rezel menatap Arenda sejenak lalu menunjuk salah satu sel dengan jarinya. "Apa?"
Dengan mudah Vier membuka pintu sel yang sudah agak rapuh. Jemarinya meraba tiap jengkal tembok yang ada di belakang sel.
"Jadi?" Vier memalingkan wajahnya ke arah Rezel lalu mengacungkan jari jempolnya. "Bagus!"
"Dari tadi apa, sih, yang kalian lakukan?" tanya Arenda kesal, tapi tak ada yang menyaut pertanyaannya. Arenda semakin bersungut.
Vier menapakkan telapaknya ke atas tembok yang terlihat usang itu. Perlahan muncul retakan-retakan pada tembok itu. Semakin lama retakan itu berubah menjadi lubang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince or Princess (DALAM PROSES REVISI)
Fantasy(𝙼𝚘𝚑𝚘𝚗 𝚖𝚊𝚊𝚏, 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚍𝚒𝚛𝚎𝚟𝚒𝚜𝚒. 𝚂𝚊𝚛𝚊𝚝 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚎𝚓𝚊𝚊𝚗, 𝚝𝚊𝚝𝚊 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚕𝚒𝚜𝚊𝚗, 𝚙𝚕𝚘𝚝 𝚑𝚘𝚕𝚎, 𝚍𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔𝚋𝚎𝚛𝚊𝚝𝚞𝚛𝚊𝚗 𝚕𝚊𝚒𝚗𝚗𝚢𝚊) --First Book-- "Sebuah kasta t...