Chapter 31

4.8K 307 149
                                    

"Bilamana kau tahu perasaan seseorang yang tak tulus padamu, apa yang kau lakukan untuk mengubahnya?"

→◈←

"Ren ... Bangun! Hei, Ren!" Vier mengguncang pelan tubuh Ren yang masih terlelap.

"Vier ... Berhenti mengguncang tubuhku." Ren menaikkan selimutnya hingga menutup wajah. "Jangan ganggu. Aku ingin tidur," lanjutnya dengan suara yang hampir mustahil di mengerti.

"Hei, hei!" Vier menarik paksa selimut Ren hingga tubuh gadis itu tak tertutup selimut sedikit pun. "Menurutmu kau bisa bersantai hari ini? Oh, tidak bisa Nona Pemalas."

"Ugh ... Apa lagi, sih, Vier?!" geram Ren gusar. Ia menahan rasa kantuknya yang masih terus menggerogoti kesadarannya. Rasanya sangat berat untuk sekadar membuka matanya di hadapan Vier.

"Bangun! Mandi, dan cepat bersiap  untuk kelasmu pagi ini!" Vier menghunus tajam Ren dengan manik nilamnya.

Ren bungkam sejenak. Otaknya mencoba menafsirkan kata-kata yang disampaikan Vier.

"T-tunggu! Kelas?" Ren langsung membulatkan mata. Rasa kantuk yang sedari tadi menggelayuti kelopak matanya enyah entah kemana.

Vier mengangguk mantap. Dilihat dari lagatnya, pagi ini emosi Vier nampak stabil. Tatapan matanya yang tajam seperti biasa, senyum simetri di bibirnya, dan wajah yang terlihat tak terlihat kusut. Seratus persen normal!

"Cepat bersihkan dirimu. Seragamu di atas nakas," ujar Vier singkat lalu berbalik meninggalkan Ren yang masih berantakan.

"M-au kemana kau?"

"Ke kamar Rezel sebentar. Jika kau membutuhkanku, kau bisa langsung ke sana. Kamarnya tak jauh, kok, hanya terbatasi tembok ini saja," jawab Vier sembari menunjuk tembok sisi ruangan.

Vier menghilang di balik pintu. Berlalu dari pandangan buram Ren.

"Hoam ... Aku masih mengantuk."

Ren memaksakan kaki telanjangnya menepak pada pualam dingin kamar Vier. Mengarahkan dirinya menuju kamar mandi.

Air dingin mengalir lancar melalui celah keran di wastafel. Ren membasuh wajahnya, membiarkan air dingin membasahi area wajahnya. Mengusir kantuk yang membuat matanya serasa berat untuk terbuka.

"Huuh, airnya lebih dingin dari es musim dingin." Ren menatap wajahnya lamat melalui pantulan cermin. "Eh, tunggu. Aku tak ingat aku pernah merasakan musim dingin."

Gadis itu menepuk-nepuk wajahnya, memainkan kelopak matanya, lalu meniup umbai-umbai rambutnya. Konyol, memang. Namun, gadis itu sama sekali tak peduli, bahkan jika pun ada cctv tepat di depannya dia tak akan peduli.

Ren menekan pipinya yang ia rasa semakin kendur, atau dirinya yang semakin gemuk, tapi bisa saja karena atmosfer dark zone (?) ah, sejak kapan seorang Ren Leighton memperhatikan tentang hal yang menyangkut penampilan. Sekali lagi, gadis bersurai cokelat itu kembali menampung air dengan ke dua telapak tangannya lantas meraupkannya pada wajah.

Terhenti. Ren menghentikan aktivitasnya yang bisa dibilang mubazir waktu. Matanya menyipit, memperhatikan dengan seksama sebuah tanda seukuran mata koin di dahinya. Tanda itu cukup membuat Ren terperanjak. Sejak kapan?

Prince or Princess (DALAM PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang