Sebelum membaca harap siapkan pisau, gunting, cutter, atau benda tajam lainnya biar ceritanya gak gantung. (Kalau gantung, potong aja talinya)
Typo everywere~Happy Reading~
——0O0——
"Apa? Apa yang terjadi? Di mana Vier?" tanya Deaz resah. Pertanyaan-pertanyaan mulai keluar bertubi-tubi dari bibir Deaz.
"R-rezel, k-kita harus cepat, c-cari Vier!" ujar Lya dengan terisak.
"Tidak." Lya mendelik mendengar jawaban Rezel.
"Kenapa?!" tanya Lya histeris.
"Tunggu! Apa maksudmu Vier sudah..." Rezel mengangguk membuat Deaz tersentak.
"Ini keputusan Vier, Lya."
Lya menatap Rezel lekat, matanya masih terlihat berkaca-kaca.
-***-
Vier melempar jasnya ke atas ranjang lalu merebahkahkan tubuhnya.
"Jangan frustrasi begitu, Vier!" Rezel duduk di samping Vier.
"Siapa yang kau bilang frustasi? Aku hanya lelah!" elak Vier.
Rezel memandangi sejenak Vier yang menutup matanya dengan lengannya. Dia tahu, jika sudah seperti itu lagaknya Vier tengah memikirkan sesuatu.
"Ada yang sedang kau pikirkan?"
Vier terduduk lalu melepas dua kancing teratas kemejanya. Ia membenarkan posisi umbai rambutnya. Menatap Rezel sejenak kemudian menghela nafas berat. Kelamaan!
"Penglihatan," ujar Vier singkat.
Rezel menautkan alisnya. "Apa yang kau lihat?"
"Kematian."
Rezel melotot lalu menatap Vier dalam. Seakan mengatakan, jangan bercanda! Atau mungkin malah mengejek, takdir buruk! Tidak. Dia itu Rezel.
"Apa sebaiknya kau tak ikut?" air muka Rezel berubah cemas. Vier terkekeh pelan lalu menepuk punggung Rezel.
"Kau kira aku ini siapa, Rezel. Aku bukan Vier yang suka lari dari kenyataan atau Vier yang lari dari kematian," ujar Vier mantap.
"Lalu, jika itu benar terjadi, apa yang harus kulakukan?" tanya Rezel antusias.
"Yang kau lakukan hanya membawa pulang mereka tanpa aku–"
"Tapi–"
"Dengarkan dulu!" Rezel terdiam, "jangan pedulikan aku, kau sub leader, bukan?" Vier menepuk pundak Rezel, meyakinkan bahwa semuanya baik-baik saja.
"Apa yang terjadi padamu selanjutnya!"
"Semuanya terlalu remang. Aku tak bisa membacanya. Jangan hiraukan itu, jangan terlalu dipikirkan." Rezel menatap sendu Vier di sampingnya. "Jangan dipaksakan mencari tubuhku. Itu cuma jasad dingin yang sudah jadi mayat. Lebih baik hilang satu daripada mengorbankan banyak untuk mencari satu."
Rezel menundukkan kepalanya mencerna kata demi kata yang terlontar dari bibir Vier. Ia benar-benar tak bisa menerima tiap kata yang disampaikan. Ia tak mengerti. Tak mengerti apa yang dipikirkan seorang Vier. Dia selalu tak terduga.
Vier terkekeh geli membuat Rezel menatapnya dalam bingung. Dia kenapa, sih?
"Jangan dibawa terlalu serius. Aku tahu perkataanku bukan lelucon receh, tapi sebuah kenyataan. Kenyataan..." Vier terhenti di depan pintu, "yang harus kau terima," ujarnya lalu menghilang dibalik pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince or Princess (DALAM PROSES REVISI)
Fantasy(𝙼𝚘𝚑𝚘𝚗 𝚖𝚊𝚊𝚏, 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚍𝚒𝚛𝚎𝚟𝚒𝚜𝚒. 𝚂𝚊𝚛𝚊𝚝 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚎𝚓𝚊𝚊𝚗, 𝚝𝚊𝚝𝚊 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚕𝚒𝚜𝚊𝚗, 𝚙𝚕𝚘𝚝 𝚑𝚘𝚕𝚎, 𝚍𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔𝚋𝚎𝚛𝚊𝚝𝚞𝚛𝚊𝚗 𝚕𝚊𝚒𝚗𝚗𝚢𝚊) --First Book-- "Sebuah kasta t...