"Kau tahu di mana Lya dikurung?" Arenda menatap lamat-lamat Vier.
"Aku hanya tahu dia dikurung di penjara bawah tanah."
"Itu artinya kau tak tahu, bodoh!" geram Arenda. "Bahkan, sekarang kita sudah di penjara bawah tanah," lanjut Arenda masih emosi.
"Bukan."
Arenda beralih pada Rezel. "A-apa?"
"Bukan tempat ini. Tapi penjara yang lain," jelas Rezel membuat Arenda terdiam.
"Ya, itu benar. Kita hanya perlu berjalan menelisir lorong-lorong ini lalu mencari pintu rahasia," jawab Vier lalu tersenyum pada Arenda.
"Kau bilang kau tak tahu." Arenda melirik culas Vier.
"Hei, aku tak bilang tak tahu lho. Sudah ayo!" Arenda hanya mengikuti Vier dari belakang tentu saja masih dalam keadaan menggerutu.
"Para Dark memiliki selera estetika yang buruk," gumam Arenda sembari menyusur lorong panjang seakan tanpa ujung. Hanya ada obor yang menerangi lorong iti, tertempel di setiap sisi dinding dengan warna suram itu.
"Menurutmu mereka itu apa? Kolektor barang antik? Mereka itu cuma makhluk-makhluk bertaring yang gak punya perasaan," saut Rezel mendengar gumaman Arenda.
"Jangan salah menilai mereka dari rupa. Itulah kebiasaan kalian, hanya melihat cover- nya saja," gerut Vier membuat Rezel dan Arenda melotot.
"Maksudmu?" Arenda mengernyitkan dahi.
"Kau akan tahu nanti."
.
.
."Deaz, kenapa kita harus lewat jalur tikus begini, hah?" tanya Yuvie. Ia sangat merasa tak nyaman terus memijakkan kakinya di atas tanah lembek dan basah. "Di sini juga baunya seperti bangkai, atau Agra yang kentut?" tambah Yuvie lagi.
"Hanya jalur ini yang aman, Yuvie!"
Yuvie bersungut mendengar penjelasan Deaz. Dia tak suka bila harus berkompromi lebih lanjut dengan para laki-laki. Apa lagi, di sini hanya dialah yang bukan laki-laki. Dia benar-benar ingin mengutuk Vier karena telah memisah ia dan Arenda.
"Dengar ya, Yuvie. Jika aku yang kentut kamu bakal minta aku kentutin terus," canda Agra mencoba menghibur Yuvie.
"Ciah, pingsan baru percaya aku!" gerut Yuvie tambah kesal.
"Sssttt..." Agra membungkam mulut Yuvie.
Yuvie melepas paksa bungkaman tangan Agra. "Apa sih?"
"Diam!" gertak Agra. "Ada yang datang!"
Suara geraman terdengar makin jelas. Tanah yang mereka pijaki pun terasa bergetar. Bayangan sosok-sosok bertubuh besar mulai muncul di balik kabut.
"Ya ampun, kita punya masalah di sini!"
"Agra mundur!" teriak Yuvie seraya mendorong Agra.
Tanah bergetar hebat membuat batu-batu di sekitar mereka menggelinding mengarah pada titik yang sama, membentuk sebuah golem yang tingginya hampir menyamai langit-langit terowongan.
Yuvie dan Agra mengalihkan pandangan pada Deaz yang berdiri nyengir di belakang.
"Cepat ambil posisi!" instruksi Deaz langsung dituruti oleh Yuvie dan Agra.
Sosok-sosok bertubuh besar itu memiliki perut buncit, mata merah menyala, tubuh yang pasti tak rata dengan duri-duri di kulit mereka, juga taring-taring yang menjuntai keluar dari mulut mereka. Peliharaan para dark memang tak ada lucu-lucunya sama sekali ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince or Princess (DALAM PROSES REVISI)
Fantasy(𝙼𝚘𝚑𝚘𝚗 𝚖𝚊𝚊𝚏, 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚍𝚒𝚛𝚎𝚟𝚒𝚜𝚒. 𝚂𝚊𝚛𝚊𝚝 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚎𝚓𝚊𝚊𝚗, 𝚝𝚊𝚝𝚊 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚕𝚒𝚜𝚊𝚗, 𝚙𝚕𝚘𝚝 𝚑𝚘𝚕𝚎, 𝚍𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔𝚋𝚎𝚛𝚊𝚝𝚞𝚛𝚊𝚗 𝚕𝚊𝚒𝚗𝚗𝚢𝚊) --First Book-- "Sebuah kasta t...