Malam itu di koridor asrama kelas satu Royal High School. Vier terlihat tenang membaca sebuah buku tanpa mendudukan dirinya di atas bangku. Ia hanya berdiri menyandarkan punggungnya pada dinding. Ia nampak menikmati kelenggangan koridor saat itu. Waktu menunjukkan pukul sebelas malam, tapi laki-laki itu belum berniat kembali ke kamarnya. Ia tadinya kembali dibuat kesal oleh Rezel, si mulut singa itu. Ia kembali mengoceh tentang hal yang benar-benar tak dimengerti okeh laki-laki nilam itu.
"Vier." panggilan halus itu membuat Vier menghentikan kegiatan membacanya. Tanpa menoleh pun Vier tahu siapa pemilik suara itu. Mrs. Mire. Namun, demi menaati peraturan tata krama, Vier langsung menghentikan kegiatan santainya itu.
Mrs. Mire sudah berdiri dengan raut agak datar di sana. Senyumnya tak tergambar jelas di bibir merah mudanya. Dalam penafsiran Vier, Mrs. Mire tengah memikirkan sesuatu. Tak ada yang janggal jika wakil kepala sekolah seperti Mrs. Mire banyak pikiran, tapi rasa-rasanya pikirannya kali ini agak berbeda. Ada yang menganggunya, Vier kira.
"Bisakah kau ke ruanganku sekarang? Ada yang ingin kubicarakan padamu," lanjut Mrs. Mire yang hanya ditanggapi anggukan kecil oleh Vier.
Vier mengikuti Mrs. Mire dari belakang. Jujur saja, ia dibuat amat penasaran dengan 'hal' yang akan dibicarakan Mrs. Mire. Apa yang membuatnya begitu resah?
Selepas sampai di ruangannya, Mrs. Mire memberikan isyarat pada Vier untuk duduk.
"Apa yang anda akan bicaraka?" tanya Vier langsung. Karena ia tahu, Mrs. Mire selalu menjeda atau menyela perbincangan utama untuk sekadar basa-basi.
"Saya ingin kau lebih waspada, Vier." Mrs. Mire menjeda. Vier yang mendengarkan pun mengernyit. Ia selalu waspada, kan? "Saya mendapat informasi dari asosiasi rahasia yang melindungi pemilik elemen dewa tipe alam, bahwa Lya Verrin diculik." Vier tersentak. Perempuan bermanik emerald itu. Diculik?
"Anda serius?"
Vier hampir-hampir tak percaya pada apa yang dikatakan Mrs. Mire. Ia tahu betul keamanan Lya benar-benar ketat. Ia selalu diikuti lebih dari sepuluh pengawal saat ia pergi. Terlebih, Lya bukanlah perempuan yang bisa diremehkan. Vier bahkan kalah bertarung dengan perempuan yang usianya terpaut dua tahun di atasnya itu dalam pertarungan pengenalan. Yeah, itu pertama dan terakhir kalinya ia bertemu dengan Lya.
"Yeah, belum genap tiga hari ini saya mendapat informsi. Ada penyerangan bangsa dark di Kota Leafana. Dan mereka menculik Lya. Belum diketahui siapa dan apa motif dari penculikan ini. Namun, organisasi dark yang berhubungan baik dengan bangsa light menyatakan penculikan itu ilegal, dan mereka tidak bertanggungjawab atas insiden itu."
Vier bergeming. Mencerna informasi yang di sampaikan Mrs. Mire. Ia tak habis pikir, perjanjian damai antarbangsa lima puluh tahun lalu seperti tak ada artinya. Masih banyak pemberontakan demi pemberontakan yang bertujuan untuk meruntuhkan perjanjian sakral itu.
"Dan saya juga tak tahu, mereka akan mengincar pemilik elemen dewa yang lain atau tidak." Mrs. Mire kembali menjeda. "Saya hanya berharap kau lebih menajamkan inderamu."
"Yeah, bukankah saya tak pernah lengah?"
"Ya. Saya tahu itu." Mrs. Mire berdiri dari kursinya lantas berjalan perlahan ke arah kaca jendela besar yang belum terbalut gorden. "Akhir-akhir ini saya merasakan sesuatu yang membuat saya resah." pandangan Mrs. Mire menerawang ke balik jendela.
"Apa itu tentang Gray?" Vier menyela.
Mrs. Mire mengangguk samar. "Ya. Siswa baru itu. Kurasa dia bisa sedikit dicurigai. Kita tak tahu dia berasal dari keluarga Fionelyst yang mana. Kita juga tak tahu siapa yang menjadi sasarannya." Mrs. Mire berbalik menghadap Vier. "Apa ... Apa kau bisa melindungi dirimu sendiri dan Ren sekaligus darinya, sementara penyelidikan akan berlangsung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince or Princess (DALAM PROSES REVISI)
Fantasy(𝙼𝚘𝚑𝚘𝚗 𝚖𝚊𝚊𝚏, 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚍𝚒𝚛𝚎𝚟𝚒𝚜𝚒. 𝚂𝚊𝚛𝚊𝚝 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚎𝚓𝚊𝚊𝚗, 𝚝𝚊𝚝𝚊 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚕𝚒𝚜𝚊𝚗, 𝚙𝚕𝚘𝚝 𝚑𝚘𝚕𝚎, 𝚍𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔𝚋𝚎𝚛𝚊𝚝𝚞𝚛𝚊𝚗 𝚕𝚊𝚒𝚗𝚗𝚢𝚊) --First Book-- "Sebuah kasta t...