Felix berjalan santai menyusuri lorong yang terhubung dengan area latihan. Sesekali ia mendesah kesal, ia benar-benar malas melaksanakan tugasnya. Berulang kali ia menghela nafas menahan emosinya. Ia sudah sampai di depan gerbang area latihan, pandangannya beralih pada sosok yang telah berdiri di area latihan Archer Zone. Dengan paksa ia menyungging senyum tipis di bibirnya, lalu berjalan ke arah Archer Zone."Kau semangat sekali hari ini, sampai-sampai pemanasan dulu," ledek Felix pada Ren yang tengah berdiri di tengah Archer Zone seraya mengarahkan anak panahnya pada sasaran. "Pemanasan katamu? Aku sudah selesai latihan bodoh," timpal Ren ketus setelah anak panahnya mengenai sasaran. "Lalu?" tanya Felix kesal. "Lalu aku ingin pulang ke asrama dan tidur dengan tenang," timpal Ren ketus. "Sayang sekali tidak bisa Tuan Pemalas!" Felix menghunus tajam Ren dengan manik emeraldnya.
"Apa aku harus peduli?" Ren membalas tatapan tajam Felix dengan hunusan tajam manik coklatnya. "Yah, sebenarnya terserah kau saja." Felix memutar pandangannya culas.
"Tapi..."
Ren terhenti, ia memalingkan pandangannya ke arah Felix. "Tapi apa?" tanya Ren datar. Felix menghela nafas. "Terserah kau!" sentak Felix kesal. "Baiklah-baiklah. Jika bukan perjanjianku dengan Vier, aku tak akan berlatih denganmu!" Felix tersenyum kecut, entah ia harus senang atau tidak sekarang.
"Istirahatlah lima menit!" Ren hanya mengangguk menuruti perintah Felix. Felix terduduk di samping Ren. "Ngomong-ngomong, perjanjian apa yang telah kau buat dengan Vier?" tanya Felix penasaran. "Bukan apa-apa, kok. Lagian bukan urusanmu," timpal Ren malas. Felix hanya mendesah mendengar jawaban Ren.
"Biar kutebak, busur Vier kan?" tanya Felix seraya mengamati busur yang tadinya dipakai Ren. "Iya. bagaimana kau tahu?" Ren menelengkan kepalanya. Felix terlihat tersenyum angkuh. "Kau baru tahu, aku ini penebak yang hebat, lho!" cetus Felix menyombongkan diri. "Bodo amat!" Felix tertawa geli mendengar reaksi Ren.
"Tidak, tidak. Aku hanya melihat simbolnya," jawab Felix setelah puas tertawa. "Simbol?" Ren menelisir tiap senti busur Vier, ditemukannya sebuah simbol yang terukir rapi. "Ini simbol apa?" tanya Ren seraya menunjuk simbol yang terukir pada busur. "Kalau tidak salah, itu simbol burung phoenix." jawab Felix mengira-ira. "Sejak kapan Vier menggunakan simbol phoenix? Dan terlebih lagi, apa artinya? Burung phoenix itu biasanya berhubungan dengan api, Vier gak ada hubungan api kan?" cetus Ren memberi argumen. "Entahlah." Felix mengangkat bahunya.
"Lalu, apa pasal kau berlatih senjata sendiri, hah?" sejenak Ren memejamkan matanya lalu tersenyum. "Dengar ya, Mr.Felix yang sok tahu! Cara Vier mengajariku itu berbeda. Vier melatihku menggunakan senjata dulu, baru berlatih element. Jika berlatih element dulu, nanti bakal gelagapan gunain senjatanya," cibir Ren dengan cengiran penuh makna.
"Ya, ya. Terserah..."
.
.
.... Dark Forest ...
"Jadi, kalian tahu apa yang harus kalian lakukan?" tanya Vier kepada semua anggota tim misinya. Air mukanya terlihat lebih serius dari biasanya. Semua yang ada di sana mengangguk tanda mengerti apa yang di sampaikan Vier. "Rezel, kuharap kau melakukannya dengan baik!" pandangan Vier beralih pada Rezel tang terlihat mangut-mangut. Rezel menyungging senyum lalu mengacungkan jempolnya. "Bagus, rencana Green Rescue 1, dimulai."
Setelah menyusun strategi, mereka melanjutkan perjalanan. Misi telah disusun matang-matang, semuanya harus sempurna tanpa cacat. Pemilihan anggota pun tak sembarangan, mereka adalah yang terbaik dari yang terbaik. Mereka sudah dipilih berdasarkan kemampuan yang mereka miliki, terdiri dari; Vier Warren sebagai leader, Rezel Guarn sebagai sub leader plus ahli medis, Eldeaz Stoffen sebagai petarung dan pengguna senjata jarak dekat, Yucie Velency sebagai pelacak, Agra Zulven sebagai informan, Arenda Lauren sebagai petarung dan pengguna senjata jarak jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince or Princess (DALAM PROSES REVISI)
Fantasy(𝙼𝚘𝚑𝚘𝚗 𝚖𝚊𝚊𝚏, 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚍𝚒𝚛𝚎𝚟𝚒𝚜𝚒. 𝚂𝚊𝚛𝚊𝚝 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚎𝚓𝚊𝚊𝚗, 𝚝𝚊𝚝𝚊 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚕𝚒𝚜𝚊𝚗, 𝚙𝚕𝚘𝚝 𝚑𝚘𝚕𝚎, 𝚍𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔𝚋𝚎𝚛𝚊𝚝𝚞𝚛𝚊𝚗 𝚕𝚊𝚒𝚗𝚗𝚢𝚊) --First Book-- "Sebuah kasta t...