Chapter 19

3K 342 70
                                    

Warning!!!
Typo everywere
>_____<

"Felix tak datang lagi. Dia ke mana, sih?"

Ren menengadahkan kepalanya menatap ke langit yang mendung. Semendung suasana hatinya saat ini. Lagi-lagi si Felix tukang omel itu tak datang lagi. Ada yang aneh darinya, dia tak pernah duduk di tempat biasa ia makan malam, kamarnya kosong, dia juga tak pernah berkeliaran dan sering terlihat di mana pun seperti biasa.

Apa yang terjadi? Kenapa keadaan kembali berbalik kepada Ren? Berangsur-angsur ia mulai menjadi Ren yang dulu lagi. Ren yang kesepian dan tersingkirkan.

"Ren, kau kenapa?"

Pandangan Ren teralihkan pada seorang laki-laki dengan manik abu-abunya yang ramah.

"G-gray! Apa yang kau lakukan di sini?"

"Aku hanya sedang berkeliling," ujarnya diakhiri senyuman, "kenapa, sih, muram begitu?" tambahnya.

"Bukan hal yang penting."

"Sepertinya akan hujan. Kalau kau tak segera pergi dari situ kau akan kehujanan." Gray menelisik cakrawala yang warnanya mulai mirip dengan manik matanya.

"Biarkan saja."

"Ayolah, Ren! Nanti kau sakit. Bagaimana jika kutraktir minum coklat di Chocolate Royal Caffe sekarang. Asal kau beranjak dari sana, sih," iming-iming Gray. Ren menegakkan kepalanya lalu tersenyum.

"Ayo!" ajaknya semangat.

.
.

"Terima kasih untuk coklatnya, Gray!" ujar Ren senang setelah menyesap coklatnya.

"Bukan masalah. Jika kau ingin pesan yang lain, silahkan saja. Tak usah sungkan!" tawar Gray sembari memainkan cangkirnya.

"Tak usah repot-repot. Aku sudah senang kau mau menemaniku minum coklat."

"Ayolah! Itu cuma secangkir coklat."

"Yah, secangkir coklat yang berarti bagiku," kata Ren dengan suara rendah.

"Hah? Apa kau bilang tadi?"

"B-bukan apa-apa." Ren gelapan mengundang tawa Gray.

Ren menatap lamat Gray yang tengah nyengir menahan tawa di depannya. Setidaknya masih ada orang yang tak menjauhinya. Mungkin, keadaan berbalik, tapi tak sepenuhnya.

"Nah lo, orang lain ditraktir kakaknya sendiri gak." Ruby tiba-tiba datang dan langsung duduk di samping Ren.

"Seharusnya kau yang mentraktirku!" Gray menekuk wajahnya.

"Ah, Gray!" Ruby mengeluarkan jurus wajah memelas.

"Baiklah-baiklah." Gray bertopang dagu.

"Ren!" Ruby menepuk pelan bahu Ren pelan. Setelah itu, Ren merasakan ada sesuatu yang berbeda. Ada yang aneh. Selama beberapa detik ia tak bisa mendengar jelas apa yang dikatakan Ruby. Ia tak bisa melihat dengan jelas. Pikirannya kosong. Ia tak tahu ada apa dengan dirinya sebenarnya.

"Ren kau tak apa?" suara Gray membuyarkan segalanya.

"Au!" Ren memegangi kepalanya tiba-tiba.

"Ada apa?" tanya Gray cemas.

"A-aku tak apa." Ren melirik jam yang tertempel di dinding berwarna cokat muda, sudah menunjukkan pukul 3.31pm, "sepertinya sudah sore, aku duluan ya Gray, Ruby," pamit Ren sembari melambaikan tangan. Gray hanya mengangguk dan Ruby melambaikan tangannya dengan sebuah sendok digenggamannya.

"Apa yang kau lakukan, Ruby?" Gray melirik sinis Ruby yang tengah memainkan sendok di tangannya.

"Apa yang kulakukan? Hei, Gray! Ini waktu yang tepat untuk memulai, pengamanan sudah tidak stabil, sebelum pengamanannya kembali normal kita harus sampai di titik 50%!" Ruby mengadu pelan sendok dan cangkirnya.

Prince or Princess (DALAM PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang