Chapter 22

3K 328 160
                                    

"Hahaha ... Aku tak menyangka kalian akan berfikir seperti itu. Terutama kau Rezel." Vier terkekeh geli mendengar cerita wakil kepala sekolah selama menghilangnya dirinya.

"Jangan tertawa! Kau juga meninggalkan tanda-tanda, kan?" dengus Rezel kesal. Ia tak kesal sungguhan, ia hanya terlampau senang. Memang benar, Vier orang yang misterius.

"Bagaimana kau bisa selamat, Vier?" tanya Lya antusias. Perasaannya sudah lebih tenang setelah melihat wajah tenang Vier. Mungkin tak seharusnya ia merasa terlalu resah.

"Itulah yang akan kubicarakan," ujar Vier diselingi senyuman. "Rise!" panggil Vier. Muncul sosok perempuan dengan manik kuning keemasan dan surai pirang.

"D-dia siapa?" Lya menautkam alisnya menatapa lekat Rise yang berjalan ke arah mereka.

"Sebelum itu, aku akan jelaskan. Jurang itu ternyata adalah portal. Dulu, para dark menggunakan portal itu untuk berteleportasi ke suatu tempat. Karena jarang digunakan portal itu terkadang terbuka dan tertutup sendiri. Beruntungnya saat aku jatuh portal itu sedang terbuka, aku terbawa ke sebuah desa yang berada di selatan gunung Green Mounthain," jelas Vier panjang lebar.

"Lalu, apa hubungannya dengan perempuan itu?" tanya Rezel sembari menunjuk Rise yang terduduk di samping Vier. Vier tersenyum seakan sudah menunggu pertanyaan itu.

◆◇◆◇◆

Satu bulan yang lalu ...

Vier membuka matanya perlahan. Ia tak bisa merasakam tubuhnya, tubuhnya mati rasa. Cahaya dari lampu sewarna senja membuarnya merasa nyaman dan tenang.

"Kau sudah sadar?" sosok samar terduduk di sampingnya. Vier mencoba menfokuskan pandangannya pada sosok itu. Seorang perempuan. Ya, perempuan dengan manik mata keemasan yang terlihat manis. Vier mencoba membangunkan dirinya. Namun, sekeras apa pun ia mencoba, usahanya akan berakhir sia-sia.

"J-jangan paksakan dirimu untuk bergerak. Kau belum pulih seutuhnya," ujar perempuan itu memberi saran. Akhirnya, Vier hanya terdiam untuk beberapa saat, sedangkan perempuan itu juga terdiam sembari menatap lamat Vier. Dan mereka pun larut dalam kecanggungan.

"Kalau aku boleh bertanya," Vier mulai bicara, "aku ada di mana? Bagaimana aku bisa sampai di sini?"

Perempuan itu tersenyum ramah. "Sekarang, kau ada di rumahku, tepatnya di desa Hyacint. Aku menemukanmu terluka parah saat aku mencari jamur di hutan. Jadi, aku membawamu kemari dan mengobatimu. Lukamu cukup parah, bayak tulangmu patah, aku tak tahu apa yang terjadi padamu. Jelasnya kau pingsan selama kurang lebih seminggu," terang perempuan itu diakhiri senyuman.

Vier memejamkan matanya, mencoba mengumpulkan sisa tenaganya untuk bangun. Rasanya, ia baru saja mati suri dalam waktu yang panjang. Tak disangkanya, ia masih tinggal dalam raganya hingga saat ini. Dan ... Apa yang dibilang perempuan tadi? Seminggu?! Astaga! Ini adalah rekor misi dengan hasil terburuknya. Dan luka terparah yang pernah ia alami.

"Siapa namamu? Dari mana asalmu?" tanya perempuan itu membuat Vier kembali membuka kelopak matanya.

"Panggil saja aku Vier," jawabnya datar, "aku dari Royal High School, Kota Casseon, barat daya Golden Valley," sambungnya. "Kau?" Vier balik bertanya.

"Ah, n-namaku?" Vier mengangguk samar. "Namaku Rise Charmerose, kau bisa memanggilku Rise."

***

Vier merenggangkan otot-ototnya yang kaku. Ia menengadahkan kepalanya menatap langit yang kini cerah, sewarna matanya membentang memenuhi katulistiwa. Rise menjatuhkan kayu yang sedari tadi ditentengnya. Suaranya terdengar cukup keras membuat Vier tersentak.

Prince or Princess (DALAM PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang