Empat

38.2K 5.8K 1K
                                    



Taeyong menginjak rem, berhenti di lampu merah. Ia melirik, melihat gadis itu masih mengalihkan wajah darinya sedari tadi. Sibuk menatapi keluar jendela.

Taeyong menahan senyum, lalu memandang depan lagi.

Suasana mobil masih hening.

Tapi juga masih panas.

Bahkan Taeyong harus menaikkan AC barusan.


Taeyong menggigiti bibir. Masih mengecap rasa cherry manis dari bibir gadis itu.

Faili pake lipbalm apasih? Ena juga.

Padahal dia ngeluh mual, bibirnya juga pucat. Ada rasa saus teriyaki juga, karena gadis itu memakan Chicken Katsu tadi. Tapi yang dominan adalah cherry manis.

Dan, bikin nagih.


Taeyong juga tidak tahu apa yang merasukinya sampai ia berani seperti itu. Padahal ini first date mereka. Tapi Taeyong sudah mengecap bibir gadis itu.

Memang, ini bukan yang pertama untuk Taeyong mencium seorang gadis.

Tapi tetap saja rasanya meledak tak karuan. Entah kenapa yang ini berbeda.

Faili yang jelas masih pemula tak banyak membalas, membuat Taeyong merasa mendominasi sepenuhnya. Seakan bibir gadis itu adalah milik Taeyong seorang.


Suara klakson membuat Taeyong segera tersadar. Ia kembali menguasai diri melihat lampu berubah jadi hijau.

Pemuda itu mencoba menenangkan diri. Walau degup jantungnya belum juga memelan sejak tadi. Ia berdehem.

"Makan pizzanya di rumah lo kan?" Taeyong mencoba menoleh, melihat gadis itu berdehem dan mengangguk. "Nggak usah minum sodanya, kan lagi sakit."

"Iya."

Taeyong melirik, melihat gadis itu masih salah tingkah. Cowok itu jadi merutuk dalam hati. Ikut salah tingkah lagi.


Taeyong menepikan mobil, berhenti di depan rumah Faili. Ia menahan tawa ketika gadis itu buru-buru melepas safety belt dan langsung membuka pintu melompat turun dari mobil.


Faili kalau lagi malu-malu lucu ya. Walau sayang, keseringannya nggak punya malu.


Taeyong tersenyum-senyum, meraih box pizza dan botol cola yang tadi mereka beli. Ia ikut turun, mengekori Faili memasuki rumah.

"Masuk kak," kata gadis itu bersuara pelan.

Taeyong menurut, lalu duduk di sofa ruang tamu. "Kamu buat teh aja sana."

Faili menoleh, tapi lalu membuang muka lagi. Mengangguk kikuk.

Bertepatan ketika seorang wanita melangkah keluar, menyambut mereka. Taeyong segera berdiri dan tersenyum tampan.

"Oh? Udah pulang? Kok cepet?"


KOK CEPET.


Taeyong refleks menoleh pada Faili, menahan tawa melihat gadis itu melotot pada sang ibu.

"Faili katanya sakit tante," jawab Taeyong sopan.

Ucapan itu membuat Mama Faili langsung berubah jadi sangar memandang anaknya, "Dek??? Tadi makan apa???" tanyanya menuduh curiga.

"Anu-"

"Minum soda tadi dia tante," jawab Taeyong membuat Faili mendelik padanya. "Dia baru bilang sama saya punya magh, jadi saya nggak tahu dia nggak boleh makan atau minum sembarangan."

Mamah Faili mendecak, menyentil pelan kening anak bungsunya itu dengan jari. "Kamu ini. Mau ya masuk rumah sakit lagi?!" omelnya membuat Faili mengkerut begitu saja mencuatkan bibir.

"Adek pusing, Mah. Kok malah dimarahin," keluh Faili memasang wajah memelas.

Taeyong memandangi itu, mengulum bibirnya ke dalam. Entah kenapa.

Walau ia kembali menguasai diri ketika Mamah Faili menoleh padanya. Pemuda itu tersenyum.

"Tante mau pizza?" tawar Taeyong mengarahkan pada box di atas meja. Ia melirik, merasakan Faili mendelik padanya.

"Mau dong!!!" sambut Mamah kegirangan. "Eh eh makan bareng yuk di depan tipi, tante lagi nonton ini nih si Sule sama Andre," ajaknya mengibaskan tangan tanda mendekat. "Dek, kamu istirahat aja nanti mamah buatin teh ya."

Faili menipiskan bibir, pasrah saja. Ia melirik, membuat Taeyong yang memandangi gadis itu tanpa sadar tersenyum kecil.

Faili mengerjap, jadi salah tingkah dan langsung berjalan memasuki rumahnya.


Sementara Faili ke dalam kamar, Taeyong jadi duduk bersampingan dengan Mamah Faili. Berdua menonton talkshow. Tertawa bersama memakan pizza. Seakan sudah akrab lama.

Taeyong diam-diam memandangi ruang tengah itu. Ada yang menarik perhatiannya. Bingkai poto besar berisi poto keluarga di atas sebuah bupet panjang. Taeyong bisa melihat sosok Faili kecil, mungkin masih lima atau enam tahun. Duduk di pangkuan wanita yang kini ada di samping Taeyong. Ada gadis lebih tua memeluk seorang pria dari belakang. Mungkin kakak dan papanya.

"Eum, tante," panggil Taeyong membuat Mamah Faili menoleh sambil menggigit potongan pizza. "Faili punya kakak?"

Mamah Faili mengangguk, "mereka dua bersodara. Cewek-cewek. Kalau kamu?"

"Saya anak tengah tante, tiga bersaudara," jawab Taeyong tersenyum. "Sekarang kakaknya Faili mana?"

"Dia lagi kuliah," jawab Mamah memandang ke televisi, "di Unair."

Taeyong yang baru akan meraih kaleng cola jadi tersentak. Cowok itu melebarkan mata, terdiam begitu saja.

"U-un," Taeyong menjilat bibir sesaat, "Unair?"

"Hm," Mamah Faili mengangguk, "di Surabaya."

"Oh..."

Setelah itu diam. Ruang tengah diisi suara televisi juga tawa dari Mamah Faili. Taeyong di sampingnya jadi duduk tak bicara, tak juga melanjutkan makanannya.

Cowok itu merasa tertohok begitu saja.


Hm... Universitas Airlangga....

Tempat yang sering Taeyong ingin kunjungi satu tahun belakangan ini. Untuk menemui gadis itu.

Tanpa sadar, Taeyong sudah tak pernah mengirim pesan lagi. Entah karena lelah tak pernah jawaban, atau....

Taeyong menolehkan kepala, memandang pintu kamar Faili yang terlihat. Ia tertegun sendiri.


Apa Taeyong benar-benar sudah berpindah hati?


**

A/N:

KENAPA PADA PROTES PAS GUE BILANG ANU-NYA DISKIP HA?!!!!!!!!!!!

Heart Attack [REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang