Jaewon menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya keras. Hayi dan Jisoo sudah kompak memberikan tatapan jijik yang kecewa. Jaebum geleng-geleng kecil. Yunhyeong melipat kedua tangan di depan dada, menyenderkan punggung ke sofa. Hanbin memberikan tatapan prihatin. Sementara Hayoung dan yang lain seperti ingin meledak menahan geram.
Dan yang jadi pusat perhatian kini, cowok yang duduk di sofa tunggal di rumah Bobby itu merapatkan bibir. "Ceritanya udah selesai. Kalian boleh komen," katanya tenang.
Hayoung langsung menggeram melihat itu. "Hebat ya lo. Masih sok cool," katanya sinis, sudah menahan emosi.
"Han, pegangin Hayoung entar dia ngelempar pot bunga gue ke Taeyong," tegur Bobby menunjuk Hanna di samping Hayoung.
Jaebum menghela nafas, "gue bingung," katanya berkomentar, "gue masih nggak paham aja. Kenapa lo kayak gitu?" tanyanya mencoba tenang walau juga gemas.
"Kenapa nggak pernah cerita sih, Yong? Sekarang udah jauh gini gimana? Apalagi cuma itungan hari lo bakal ke Jepang. Mau lo apasih?" tanya Jennie marah.
"Gue bukan belain Faili atau gimana. Tapi tu cewek walau loncat sana sini tapi dia selalu prioritaskan elo," kata Hanbin lebih serius dari biasanya. "Dia tuh naif, Yong. Dia masih polos dan nerima aja lo pergi ke Jepang. Tapi lo malah main belakang njir."
Taeyong menipiskan bibir, mengalihkan wajah tak menjawab.
"Gini, gini, kita lurusin dulu," kata Miyeon mengubah posisi duduk menegak dan menatap Taeyong serius. "Elo sama Seu- siapa?"
"Sehun," jawab Jaewon.
"Itu mantan cem-cemannya Hayoung, ege!" kata Jinhwan menabok Jaewon. Walau berikutnya ditabok bantal sofa oleh Hayoung.
"Solhun?" celetuk Hayi mengernyitkan kening.
"Seolhyun," jawab Bobby merasa gemas. "Yang bego-bego nepi dulu gih," katanya mengusir disambut umpatan yang lain.
Miyeon menghela nafas, "hm. Elo sama dia tuh gimana? Mau selesai atau apa? Elo ngegantungin dua cewek, Yong," katanya membuat Taeyong merapatkan bibir.
"Ck. Lo tuh Lee Taeyong. Kita semua selalu percaya sama keputusan lo. Kenapa lo jadi goyah gini sih?" kata Jisoo gregetan melihat kediaman Taeyong.
"Taeyong kan juga manusia, Jis. Bukan papan catur yang jelas hitam putih," kata Eunwoo buka suara.
Jaewon mengangguk ikut membela, "manusia itu abu-abu. Terus berubah tak pasti."
"Cuih," sahut Hayi dan Lisa kompak.
"Yong, elo harus tegas. Cepet atau lambat Faili pasti bakal tau. Entah tau dari orang lain atau dari elo," kata Miyeon serius. "Di sini kita kenal Faili, jadi kita lebih mihak dia. Tapi biar gimanapun, ini tuh hati lo. Elo yang paling tau mau lo apa."
Hanna mendecak, "udahlah, putusin aja Faili," katanya gemas membuat semua tersentak. "Elo aja ditinggal kuliah udah main gitu, gimana nanti elo ke Jepang? Atau justru elo yang dapat karma nanti?"
"Ya nggak bisa mikir gitu juga kali, Han," sahut Jaebum kalem.
Taeyong menghela nafas, "gue sama Seolhyun nggak pacaran," katanya menjelaskan sabar. "Dia nggak bisa nerima gue karena perbedaan tingkat kelas. Karena itu, dia bilang dia bakal terima gue saat udah lulus."
"Awwwww," seru Rosie tersentuh. Walau berikutnya jadi mendecih, "terus kenapa lo nggak mastiin dulu hubungan lo sama dia baru nyosor ke Faili!? Ih elo mah!!!" gemasnya meremas bantal sofa di pangkuannya.
".... Itu kesalahan gue..." kata Taeyong menurunkan intonasi bicara.
"Ck, tuh kan. Mending Faili tuh tetap jadi koordinator utama Hanbin mania," celetuk Hanbin sewot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Attack [REPUBLISH]
Fanfiction"I caught you starring. My heart skipped a beat. It got me thinking: do you actually like me?" * "Stop playing with my heart. I might get heart attack." #16 in Fanfiction (16/08/2017)