Sepuluh

33.7K 5.1K 510
                                    

Faili agak merasa canggung, melirik ke dalam pintu kamar yang terbuka. Ia berjalan agak gelisah, entah kenapa jadi malu sendiri akan memasuki kamar Taeyong. Dan mama cowok itu yang mempersilahkannya dengan tenang.

Faili mendesah pelan, mulai memasuki kamar dengan nuansa biru itu. Ia segera menoleh pada sosok Taeyong yang tertidur pulas di atas tempat tidurnya. Gadis itu jadi mendecak kecil, jadi kesal dan melangkah mendekat.

"Woi!" kata gadis itu memukul bahu Taeyong dan berdiri di sisi tempat tidurnya. "Ish, nyuruh aku cepet kesini malah dianya tidur!" gerutu Faili sebal.

Taeyong mengerang kecil, merasa terganggu. Pemuda itu jadi mengubah posisi jadi terlentang, dengan malas membuka mata.

Faili jadi terdiam begitu saja melihat Taeyong dengan rambut berantakan menatapnya sayu setengah sadar. Buset, ni cowok ganteng amat.

Taeyong bergumam tak jelas sesaat, memilih tak peduli dan malah memejamkan matanya lagi.

"Kakkk," paksa Faili mendorong-dorong lengan Taeyong. "Aku pulang nih ya!" ancamnya membuat Taeyong menggeram kecil.

"Duduk dulu," gumam Taeyong meracau kecil, masih mencoba mengumpulkan kesadaran.

Faili menoleh kanan kiri, mencari kursi terdekat. Walau jadi terduduk pasrah di sisi ranjang Taeyong karena pemuda itu menariknya pelan.

Taeyong masih pada posisinya. Ia mengucek matanya sesaat, mengulet sejenak. Lalu kemudian jadi membuka mata dan agak menaikkan tubuh bersandar di tempat tidur.

"Tadi muter ke Bekasi dulu ya?" sindir cowok itu dengan suara serak habis bangun tidur.

Faili mencibir pelan, "kan udah dibilang aku mau nonton."

Taeyong gantian mencibir, "itukan cuma babak penyisihan, ngapain sih masih ditonton sampe abis?" tanyanya sambil mengomel. "Centil banget liatin Hanbin sama Jaewon keringetan."

Faili mencuatkan bibir, "akukan mau dukung tim futsal sekolah! Ya aku nonton dong!" katanya mengelak, walau dalam hati menyahuti. 'Sekarang idola gue di futsal itu Kak Jinjin ya, bukan Kak Hanbin atau Kak Jaewon lagi.'

"Halah alibi," kata Taeyong tak percaya sambil menoyor pipi Faili dengan telunjuknya. "Keasikan nonton sampe selesai biar bisa menelin mereka."

Faili dengan sebal melotot marah. "Aku nonton sampai selesai karena Moonbinkan jadi pemain inti! Jadi nungguin dia-"

"Siapa?"

'Lah anjir keceplosan,' rutuk Faili langsung mengatupkan bibir tersadar dengan kebodohannya.

Garis wajah taeyong berubah. Kali ini tak sesantai tadi, ia jadi benar-benar serius. "Ngapain nungguin dia?" tanyanya dengan intonasi jelas berubah drastis. Bahkan kini jadi mengubah posisi benar-benar duduk di tempat tidurnya.

Faili secara naluri mengalihkan wajah, menghindari tatapan Taeyong. "Di...anter dia...." jawabnya agak menciut. "Canu tadi bareng temen futsalnya, terus yang lain juga nggak ada yang kosong jadi aku sama Moonbin..."

Garis wajah Taeyong makin mengeras, memandangi Faili dengan perasaan mulai berkecamuk. Ia mencoba menahan gejolak emosinya itu, berdehem kaku dan berkata dingin. "Hebat ya. Cowoknya lagi nunggu sampai ketiduran dan lo malah asik sama cowok lain."

Faili diam-diam mencoba menguasai diri. Taeyong sudah pakai gue-elo. Tingkat seremnya melonjak drastis.

"Ck, apasih," elak gadis itu masih tak membalas tatapan dingin Taeyong. "Kak Taeyong kenapa nyuruh aku kesini?"

Taeyong mendengus, tak tergerak dengan pengalihan itu. "Jadi nonton futsalnya karena cowok itu lagi main? Karena sahabat lo tersayang itu?"

Faili mengumpat dalam hati, makin gentar dengan suara dingin menusuk Taeyong. Ia merunduk, perlahan mengubah posisi duduk menghadap Taeyong. Mencoba memberanikan diri melirik pemuda itu.

Heart Attack [REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang