Tiga Puluh Tiga

20.3K 4K 593
                                    


Taeyong membuka laci meja belajarnya. Tangannya meraih selembar poto. Menatap frame potobox tersebut dengan helaan nafas. Pemuda itu berjalan ke arah pintu kamar, diinjaknya injakan tempat sampah kecil di sana. Tanpa kata membuang poto itu begitu saja.

Taeyong melepas seragamnya. Merasa pegal karena harus menyusun kegiatan kelas belum lagi bolak-balik ruangan Mr Simon untuk mempersiapkan keberangkatannya menuju Jepang.

Taeyong melemparkan tubuh ke atas ranjang, ingin memejamkan mata. Tapi ia jadi meraih hapenya, membuka kunci layar.

Pemuda itu tersentak. Keningnya berkerut.


Tak ada spam chat dari Faili seperti biasa.


Taeyong diam sejenak. Lalu memutuskan menelpon nomer gadis itu dan mendekatkan hape ke samping telinga.

Tak ada jawaban.

Pemuda itu jadi tak tenang. Ia kembali menghubungi. Berkali-kali. Tapi tetap saja hanya suara sambungan yang berakhir putus.

Taeyong mendecak, jadi mengetik chat.


Taeyong: kamu masih sakit?

Taeyong: dimana?

Taeyong: p

Taeyong: p

Taeyong: p


Taeyong membuka sosmed Faili. Tapi tak ada tanda-tanda aktif di sana.

Taeyong menghela nafas panjang. Ia menengadah ke atas, menatap langit-langit sambil melamun. Kembali teringat ketika bertemu Jaebum di ruang OSIS dan bicara berdua di sana.



"Gue nggak mau ikut campur terlalu jauh, Yong. Lagian kan, ini hidup lo. Ini keputusan lo," kata Jaebum berdiri bersandar di pagar pembatas depan ruang OSIS dengan Taeyong di sampingnya. "Tapi, lo harus inget satu hal."

Taeyong mengernyit, memandang Jaebum menunggu.

"Sikap kita terhadap setiap orang itu beda. Perasaan juga. Contoh kecil aja, gue ke elo dan gue ke Hanbin pasti beda. Elo tenang, Hanbin petakilan. Cara gue ngadepin kalian nggak sama karena kalian pun juga punya reaksi yang beda..." Jaebum diam sejenak, lalu mendesah pelan. "Karena itu, gue nggak setuju saat Hanna bilang elo bakal memperlakukan Faili sama kayak lo memperlakukan mantan lo. Apalagi dari cerita lo, jelas mereka beda."

Jaebum menoleh seutuhnya, memandang Taeyong tenang. "Nggak bisa kita sama ratakan manusia gitu, Yong. Gue juga yakin apa yang lo rasain saat sama Faili pasti beda sama apa yang lo rasain ke cewek lain. Gitu juga Faili. So... kenapa lo harus ngerasa bersalah dan takut akan nyakitin dia nantinya? Cerita lo sama dia bakal beda dari cerita lo sama si Seolhyun itu. Mereka orang yang beda, Yong. Tentu aja semua berjalan dengan beda. Akhirnya nggak akan sama persis."

Taeyong terdiam. Pemuda itu menghela nafas sambil menyandarkan punggung ke pagar pembatas.

"Gue setuju sih kata Yoyo untuk mutusin Faili biar semua tenang. Tapi... kita ini cowok. Setiap pilihan pasti ada resiko. Elo harus hadepin resiko itu kalau emang itu pilihan lo."



Taeyong menghela nafas panjang. Pemuda itu mendecak. Lalu jadi mengerang kecil berguling kanan dan kiri di atas tempat tidur.

Heart Attack [REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang