Faili melangkah menuju pagar rumah. Gadis itu berhenti, berbalik dan memandang Taeyong yang masih menemani dengan wajah lesu dan diam sedari tadi.
"Hati-hati ya kak. Makasih udah dianter..." kata gadis itu mencoba bicara walau lirih.
Faili ingin beranjak. Tapi gadis itu tersentak Taeyong tak melepaskan genggamannya. Bahkan meremas pelan tangan Faili di genggamannya, menahan gadis itu.
"Fai..." Taeyong mendesah pelan, mendongak perlahan, ".... jangan pisah...." pintanya sekali lagi.
Faili diam-diam mencoba menguasai diri. Ia berdehem pelan, "ya terus gimana? Masa Kak Taeyong nginep di rumah aku? Udah malem gini," katanya mencoba mencairkan suasana.
Tapi Taeyong jadi meredupkan kelopak mata, menatap gadis ini dalam dengan kedua bahu melemas.
Faili menggigit ujung bibir, tapi mencoba tersenyum dan maju. Tangannya terangkat, mengusap pipi pemuda itu lembut berusaha menenangkan. "Lusa udah ke Jepang, kan? Jadi fokus dulu. Jangan mikirin yang lain..."
Taeyong menipiskan bibir. Ia merunduk, memajukan diri sampai keningnya menyentuh ujung kepala gadis itu. Seakan bersandar karena merasa lelah.
Faili meneguk ludah, diam beberapa saat. Sampai kemudian menyentuh lengan Taeyong dan mendorong pelan pemuda itu. "Jangan gini. Kak Taeyong kan pulangnya nyetir, nanti bahaya," tegurnya mengingatkan, "aku juga pasti udah dicariin papah lama banget beli minumnya..."
Taeyong masih belum mau melepaskan genggamannya. Membuat Faili mau tak mau meraih tangan pemuda itu, mendorongnya pelan memaksanya membuka genggaman.
"Udah malem kak..." kata Faili lirih, agak merunduk merasa tak tega. "Besok bisa ketemu di sekolah," lanjutnya berusaha menenangkan.
Faili menghela nafas, mendongak memandang Taeyong yang masih menatapnya sendu. "Hati-hati ya. Night," pamitnya melambai kecil, berusaha tersenyum. Ia langsung berbalik, berjalan cepat membuka pagar rumahnya.
Taeyong terus memandangi kepergian gadis itu. Sampai Faili memasuki rumah, Taeyong menarik nafas sedalam mungkin dan menghembuskan pelan. Pemuda itu merasa ada yang patah dalam dadanya. Yang mungkin akan sulit ia sembuhkan nantinya.
**
Taeyong menoleh, memandang jauh di kerumunan orang-orang itu. Berharap banyak menemukan wajah gadis itu. Ia meneguk ludah, kini menoleh ke arah kanan. Masih sama berharapnya.
"Dia nggak datang, Yong," kata Jennie membuat Taeyong tersentak, langsung terdiam. Para anggota 2A3 di sekitarnya juga sama lirihnya, menatap ketua mereka dengan sendu.
"Nggak bisa dihubungin sama sekali," kata Jaebum juga angkat bicara.
Taeyong meneguk ludah. Tangannya yang memegang tongkat koper melemas, terlepas begitu saja. Pemuda itu diam. Sejak malam itu, Faili memang seakan menghilang. Taeyong tak menemukannya di kelas dan tak bertemu dimanapun. Bahkan ketika Taeyong berusaha datang ke rumah, Mama Faili mengatakan gadis itu sedang keluar bersama teman-temannya. Tapi saat Taeyong menghubungi Suhyun, ia berkata tak bersama Faili.
"Yong, fokus sama tes lo. Lagian lo cuma tiga hari kan? Selama tiga hari itu kita yang bakal urus," kata Yunhyeong dewasa membuat Taeyong menoleh. "Kita yang bakal cari Faili. Jadi lo nggak perlu khawatir."
"Hm," Eunha mengangguk setuju, "Faili juga masih ada urusan sama kita tentang kampanye. Kita pasti bisa cari kabarnya. Jadi lo fokus dulu sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Attack [REPUBLISH]
Fanfiction"I caught you starring. My heart skipped a beat. It got me thinking: do you actually like me?" * "Stop playing with my heart. I might get heart attack." #16 in Fanfiction (16/08/2017)