Dua Puluh Satu

25.8K 4.7K 879
                                    


"Tadaaaa!!!!"

Faili dengan riang mengacungkan sekotak bekal kuning, tersenyum lebar duduk di pinggir lapangan olahraga bersama Taeyong di sebelahnya. "Sesuai pesanan, buatan Faili!" ucapnya dengan antusias.

Taeyong tersenyum samar menerima bekal itu, lalu membuka tutupnya.

"Sushi!" kata Faili menyeringai. Tapi melihat ekspresi Taeyong, gadis itu jadi mengernyit dan ikut melihat ke dalam bekal.

Iya sih sushi.

Sushi abis tabrakan.

Daging kepitingnya kemana-mana, rumput lautnya dah pisah sama nasi, telor gulungnya juga sama ambyarnya.

"Sushi?" Taeyong mengangkat sebelah alis, kemudian mendongak menatap Faili dengan kedua bahu melemas. Capek sendiri. Lagian juga Taeyong tau pacarnya ini nggak bisa masak, tapi dia tetap ngasih tantangan Faili untuk buatin bekal.

Penyesalan memang datang terlambat.

"Kok...." Faili mengambil kembali kotak kuning itu, "tadi rapi loh. Udah kayak di manga-manga gitu, sekarang kok ambyar kayak nasi padang karetnya putus?" ucapnya merasa miris sendiri, memandangi hasil masakannya pagi subuh tadi sudah tak beraturan.

Taeyong melengos, kemudian maju mencopot satu yang masih agak berbentuk walau potongan daging kepitingnya agak keluar. Pemuda itu memasukkan ke dalam mulut, membuat Faili memerhatikannya lekat.

Taeyong berdehem, "Ada minum?" tanyanya belum mengunyah.

Faili langsung meringis malu, mengambil botol di sampingnya dan segera membukakan untuk Taeyong. "Muntahin aja deh, daripada Kak Taeyong kenapa-napa," katanya melihat pemuda itu memaksa mengunyah makanan padahal terlihat sekilas ekspresinya sudah sangat tak nyaman.

Faili mendecak, menyandarkan punggung ke undakan tangga di belakangnya. "Padahal aku udah bangun sepagi mungkin buat nyiapin ini... Sampe dapur tadi berantakan. Padahal sushi doang tapi kok masih ancur sih?" keluh gadis itu putus asa.

Taeyong berdehem, membersihkan tenggorokkannya. "Berasnya tuh harusnya beras khusus yang lengket, ya pantes berantakan," katanya menggurui.

"Ck. Aku baca di google berasnya kasih garam biar lengket," kata gadis itu polos. Taeyong tenganga mendengarnya.

"Pantes asin, astaga," Taeyong kembali meneguk air dalam botol Tupperware kuning Faili. "Udah, udah. Nggak usah masak lagi. Kamu mau racunin aku?"

Faili melengos keras, membuang muka dengan bibir merenggut. Pandangannya jadi jatuh pada koridor jauh di seberang.

"Tuh, ada Dahyun."

Taeyong tersentak, "Hn?" Ia mengikuti arah pandang Faili, "terus kenapa?" tanyanya tak mengerti kenapa tiba-tiba menyebutkan nama Dahyun.

Raut wajah Faili datar, melirik Taeyong. "Ada Dahyun, berarti kelas X-3. Minta dimasakin bekal sama Chaeyeon aja sana." Gadis itu menutup bekal dengan kesal, kemudian langsung berdiri begitu saja. Berlari pergi membuat Taeyong tersentak.

"Elah pundungan banget sih," omel Taeyong segera menyusul membawa botol gadis itu. Ia segera menarik lengan Faili memaksanya berhenti.

"Ck," Faili dengan sebal menepis tangan Taeyong, "kenapa? Mau aku racunin?" tanyanya tersinggung. Ia langsung merebut botol dari tangan Taeyong membuat Taeyong terkejut. "Ini botol aku. Nanti mamah marah kalau botolnya nggak ada di rumah," katanya ketus, lalu berbalik lagi dan berjalan pergi dengan cepat.

"Astaga." Taeyong melemaskan bahu, merasa pusing sendiri.

Sehari saja.... apa mereka tak bisa kalau tidak ada pertengkaran begini?

Heart Attack [REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang