24. Empty

2.1K 203 164
                                    

let's talk!
.
.

Don't be sorry, that makes me more pitiful. With your pretty red lips please hurry, kill me and go. I'm all right. Look at me one last time Smile like nothing's wrong, so when I miss you I can remember. So I can draw your face in my mind.

.

.

"Sasuke, kenapa?"

Lengan putih itu menampik apapun yang berada di depannya -kadang bahkan mengenai dada Sasuke, hingga menampar pipi pemuda tersebut, membekaskan sebuah rasa panas yang memerahkan pipi sang suami.

"-kenapa?" Dengan mata yang masih tak henti mengeluarkan tangisnya -yang bercampur isakan pilu, Hinata mengigit bibir bawahnya hingga tampak memutih.

Amethystnya memburam, ia tak dapat memandang jelas karena manik mutiaranya terbungkus kristal bening yang membuat pengeliatannya samar. Angelic lipnya bergetar, ia tak mampu berbicara dengan jelas karena yang terdengar adalah suara ringkihan bercampur raungan kecil -menyakitkan.

Ah! Menyakitkan. Benar. Terlebih bagaimana menurutmu Uchiha? Perasaanmu Sasuke?

Seperti orang bodoh Sasuke tak berkutik dari tempatnya -bahkan menghalau untuk menghentikan tampikan sang callista pun bagaikan hal halu yang sulit dilakukannya. Spash! segalanya menghilang, pikiran dan seluruh tenaganya melenyap saat kedua manik kelamnya menemukan air mata sialan -yang selalu diikrarkan oleh Sasuke adalah hal terberharga yang di jadikan kutukan untuknya.

Seolah pasrah -karena memang ia pasrah. Membiarkan sang dewi siang malamnya mengamuk atas dirinya yang tak berharga -air mata Hinata berarti ia tercela. Dan apakah hal tersebut karenanya? Jika benar, maka ia bersedia menghukum dirinya sendiri. Atau -

Ia lupa? Mungkin ini hukuman Tuhan?

"Sasuke.."

Suara serak masih berusaha terkuar dari bibir memucat sang Nyonya Uchiha. Jangan ditanya bagaimana kacaunya ia saat ini. Poranda dan menyedikan, terkoyak dengan tatapan nanar menatap kedua onyx yang tampak kosong kehilangan pancarannya -just like idiot.

"Anata.." Parau dari bibir pasi sang wanita membuat setitik kesadaran si scarce man kembali, Sasuke tersentak. Lantas mencoba menangkap pergelangan tangan si Afrodit jiwanya.

"-Hinata.." Lanjutnya lemah saat ia berhasil menggenggam kedua tangan sang istri dengan jemarinya.

Sejenak membiarkan kedua telapak Hinata melekat pada dadanya yang berdegup lemah -meminta seorang Uchiha Hinata untuk merasakan bahwa ia tak kalah kacau darinya. Kedua manik itu bersitatap, dalam. Sasuke masih menggali dosanya dari sirat amethyst yang berkaca.

Ahh.. apakah mimpi buruk dari Andromeda menjelma menjadi nyata? Kamisama.. jadi benar karmanya?

"Sayang.. tak apa.. tak apa.." Entah apa maksudnya, namun Sasuke tak dapat lagi berkata-kata. Membuat kedua mata lebar sang Nyonya menutup rapat untuk tetesan air mata yang menyusul derai lain di pipinya yang basah.

Hingga!

Sret!
Melepaskan paksa, menampikkan tangannya pada dagu tirus sang Casanova yang kembali tercekat olehnya.

Perih. Sebuah luka gores dan mulai berdarah.

"Sasuke-kun.."

Balas Hinata yang melemas seketika. Reflek ia menyentuhkan jemari lentiknya pada dagu sang suami yang luka karena tergores permata spinel ring yang melingkar dingin di jari manisnya. Mengusap lembut pinggir garis darah yang keluar dari luka baru suaminya.

LET'S TALK!  ⛔17++ [sebagian cerita PRIVATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang