Apakah kekalahan harus terus diratapi? Aku rasa tidak. Di menit pertama kita tahu bahwa kita mengalami kekalahan, pasti terasa menyakitkan. Bahkan, di jam-jam selanjutnya, di hari-hari selanjutnya. Itu, akan tetap menyakitkan. Kecuali jika kita bisa memeluk rasa sakit. Suatu hari nanti-yang entah itu kapan, memeluk rasa sakit akan bisa kita lakukan. Karena waktu, selalu punya cara untuk mengobati. Tidak perlu khawatir sebesar apa pun luka, ia selalu bisa. Selalu.
Aku, selepas sholat malam-yang katanya saat dimana do'a lebih mudah diijabah oleh Tuhan-mendo'akanmu. Berdo'a agar bisa segera melupakanmu. Rasa itu memang masih ada. Tapi sudah tidak sebesar dulu. Dan aku percaya. Semakin aku mendekatkan diri pada-Nya, semakin aku bisa melupakanmu.
Tidak mengapa kalah. Suatu hari nanti, aku juga akan jadi pemenang. Entah memenangkan hati siapa.
Suara adzan subuh sudah berkumandang. Biarkan aku datang kepada Tuhan. Dalam sujud rakaat terakhirku nanti, dalam do'a selepas sholat, akan aku sampaikan: Tuhan, bantu aku melepaskannya. Bantu aku melupakannya. Dan, bantu aku merelakannya. Karena boleh jadi, kamu hanyalah sebuah ujian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rasa
Ficção GeralSelamat tinggal kamu. Setelah pergi, aku lupa cara kembali. Tidak sama seperti terbang, aku tidak mau belajar pulang~ Aku tidak marah karena kamu tidak peduli. Aku hanya sedikit menyesal pernah lebih mencintaimu daripada diriku sendiri~ Terbanglah d...