Kamu terlalu fokus pada lampu merah. Hingga kamu lupa, masih ada lampu kuning dan hijau. Lampu merah adalah dia yang jelas-jelas tidak menginzinkan kamu masuk kehatinya. Lantas, kenapa masih berusaha? Bukankah kamu tahu, bagi seorang wanita, terkadang dicintai lebih baik daripada mencintai. Lampu kuning adalah dia yang masih bimbang dengan perasaannya sendiri. Apakah dia benar-benar menyukaimu atau tidak. Dan di lampu ini, kamu harus berhati-hati. Jangan sampai, sikapmu membuat dia pergi. Kecuali, jika kamu memang benar-benar tidak menginginkannya. Karena di lampu ini, bukan cuma dia yang bimbang, tapi kamu juga. Lampu, yang dipenuhi dengan kemungkinan-kemungkinan. Jangan lupa, masih ada satu lampu lagi. Lampu hijau. Ini yang sering kamu lupakan. Bahkan kamu abaikan. Bukankah kamu ingin ada seseorang yang mencintaimu? Inilah dia, si lampu hijau. Bersamanya, kamu tidak perlu khawatir akan diabaikan, disepelakan, apalagi disakiti. Tidak! Diantara semua lampu, dialah yang terbaik. Dia bisa menerima kamu apa adanya, berusaha membuatmu bahagia dengan caranya, dan yang pasti, dia akan belajar menyukai apa-apa yang kamu sukai. Karena baginya, namamu adalah kalimat spesial yang dicetak tebal dalam hidupnya. Kamu tahu kan kalimat yang dicetak tebal? Sesuatu yang penting. Lampu hijau memang terkadang bukan orang yang kamu harapkan. Tapi, bukankah kamu tahu kamu selalu berhasil mencintai jika kamu mau belajar mencintai.
Kamu punya kuasa, memilih bahagia bersama hijau yang mungkin lebih mencintai kamu daripada dirinya sendiri. Memilih kuning yang masih bimbang dengan perasaannya sendiri. Atau, terus mengharapkan merah yang sudah jelas-jelas tidak peduli.
Aku cuma mau bilang, kalau aku jadi kamu, aku pasti pilih yang hijau. Karena kadang bagi perempuan, dicintai lebih baik daripada mencintai. Tapi selalu, saling mencintai adalah yang terbaik. Dan kamu, pasti berhasil buka hati buat si hijau. And be happily ever after.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rasa
Fiksi UmumSelamat tinggal kamu. Setelah pergi, aku lupa cara kembali. Tidak sama seperti terbang, aku tidak mau belajar pulang~ Aku tidak marah karena kamu tidak peduli. Aku hanya sedikit menyesal pernah lebih mencintaimu daripada diriku sendiri~ Terbanglah d...