Part 2

10.1K 448 5
                                    

Zarina berjalan menuju kursi yang di tunjuk Bu Ina tadi, kursi paling depan terdapat siswi berkacamata dengan rambut terikat.

"Gue duduk sini ya," ucapnya pada gadis berkacamata itu, gadis itu pun mengangguk.

"Gina," ucap gadis di sampingnya sembari mengulurkan tangan.

"Zarina." ia membalas uluran tangan teman sebangkunya yang bernama Gina itu.

Kegiatan belajar mengajar pun dimulai. Huft! Zarina itu bukan tipe memperhatikan guru kalau lagi pelajaran, di sekolahannya dulu ia sering banget tidur massal sama keempat sahabatnya.

Ugh! Ia rindu sahabatnya di Bandung. Zarina melirik teman sebangkunya yang sedang sibuk mencatat hal-hal penting yang dilontarkan sang guru.

Nih anak nerd ya? Pantesan nggak ada yang mao jejer, batinnya.

Ah, mana ia duduk di kursi paling depan, kan lucu kalo ia yang notabennya anak baru ketahuan molor di kelas.

Ia menghembuskan napasnya malas sembari menopang dagu.

●●●

Zero berjalan menuju kursi paling pojok belakang, terdapat dua kursi yang kosong.

Hh, kenapa dapetnya paling belakang sih, gerutunya.

Bel istirahat berbunyi, semua murid mulai berhamburan keluar kelas. Tapi Zero? Ia tetap di dalam kelas sembari memainkan gadget-nya.

"Eh, Zero kan? Gabung yuk sama kita," ajak laki-laki bertubuh gempal, sedangkan Zero hanya menanggapi dengan senyum ramahnya.

"Eh Zer! Ayo gabung aja, santai aja kalik." kini giliran laki-laki berperawakan tinggi menghampirinya. "Gue Al," lanjutnya ketika duduk di kursi sebelah Zero.

"Em.. enggak, gue disini aja," tolak Zero halus.

Ugh! Susah untuknya beradaptasi.

"Gue setuju!" Zero segera menengok ke arah teman barunya yang bernama Al. "Disana itu kaum-kaum mesum, ada benernya lo nggak usah gabung," lanjut Al.

"Lo sendiri?"

"Err.. gue mah nggak suka yang begituan, gue lebih suka praktek langsung, eh bercanda Zer. Sebenernya ini kursi tempat gue kalo lagi istirahat, gue nggak suka gabung sama mereka, gue masih inget dosa," jawab cowok itu.

Zero hanya berdehem mengangguk sembari tangannya yanng terus menari-nari di benda persegi itu.

"Lo kenapa pindah ke sekolah ini?" Al membuka topik baru.

"Gara-gara Adek gue--"

"Et, lo punya Adek? Cewek apa cowok?" Al langsung menyambar.

"Ee.. cewek."

"Hush, kenalin kek, sekolah disini nggak? Kelas berapa? Kenalin dong," ucap Al memberondong.

Etdah, cowok gatel ini mah. Gue nggak akan ngenalin lo sama adek gue, batinnya.

"Dia nggak sekolah disini kalik," jawabnya cuek.

Zero mendengar hembusan napas kasar dari teman barunya itu.

Hah, kayak Zarina. Ugh, gue kangen lo Ze, batinnya berkecambuk.

●●●

Akhirnya Ya Tuhan, Zarina masih diijinin napas.

Itulah doa yang diucapkannya dalam hati ketika bel istirahat berbunyi. Bener-bener Zarina mah.

"Lo nggak ke kantin?" tanyanya pada Gina yang membuka bekal dari rumah.

"Gue bawa makan Zar," jawabnya menunjuk tempat makannya. "Lo mau ke kantin? Udah tau belom kantin dimana?"

MY TWIN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang