Saudara kembar itu sudah berjalan bersebelahan menuju ruang makan. Sesekali Zarina melirik Zero, begitu pun sebaliknya.
"Ze, semalem kamu tidur dimana?" Zarina langsung menatap bundanya saat jarak mereka sudah dekat.
"Em? Di--di kamar lah Bun, ya kalik aku tidur di dapur."
"Nggak usah bo'ong sama Bunda. Tadi pagi Bunda masuk kamar kamu ehh.. nggak dikunci trus kamunya nggak ada."
"Ohh itu. Em, tadi itu.. apa namanya em.. aku lari pagi." Zarina tersenyum unjuk gigi.
"Ck, Zarina lari pagi? Bangun aja kalo nggak digedor pintunya nggak bangun," decak bunda.
Lo bego Zarina! Nggak pinter buat ngeles, batin Zero mencibir kembarannya itu.
"Lha, aku tadi pagi kan udah bangun dari Shubuh trus jalan-jalan keliling komplek bentar," lanjut Zarina.
"Sejak kapan lo Shubuh udah bangun?" Zero malah mencibir.
"Ish, bukannya bantuin gue ngeles!" bisik Zarina kesal.
"Tapi sialnya lo udah ngaku ke Bunda dengan ngeles kayak tadi!" Zero balik berbisik.
"Kalian kok jadi bisik-bisik, udah ayok makan! Lain kali kalo minta temenin tidur ke kamar Bunda aja, nanti biar Ayah tidur di kamar tamu," terang bunda.
"Lha, kamar yang paling deket kan cuma kamar Zero, nggak berani aku ke kamar Bunda."
"Nah kan ketahuan semalem tidur di kamar Kakak."
Zarina segera menutup mulut dengan kedua tangannya rapat.
Keceplosan.
"Bego lo!" bisik Zero dan segera duduk di kursinya. Zarina pun mengikuti.
●●●
Kelas yang biasanya ramai dan gaduh itu perlahan tenang ketika jam pelajaran Pak Rudi, guru paling killer di sekolah. Murid yang biasanya ngobrol atau tidur di kelas saat jam pelajaran menjadi berbeda, mereka duduk tegak, mata dibuka lebar-lebar walaupun ngantuk nggak ketulungan.
Hanya ada suara guru dengan umur sekitar 50 tahun itu. Walaupun sudah tua tapi beliau sangat disiplin dan tegas sekali.
Ceklek!
Semua yang berada di dalam kelas menoleh ke daun pintu. Leo, cowok itu masuk kelas tanpa mempedulikan guru atau semua yang ada di dalam kelas bahkan ia melewati Pak Rudi dengan santainya.
"Leo!" teriakan itu membuat si empunya nama menoleh. Ia hanya menaikkan satu alisnya. "Dari mana kamu?!"
"Dari luarlah Pak, pakek ditanya." baru saja cowok itu ingin membalikkan badan namun teriakan Pak Rudi membuatnya berhenti di tempat.
"Leo! Saya belum selesai bertanya!"
"Ck, apa lagi sih Pak?" Leo membalikkan badannya, sekilas ia melihat wajah Zarina yang sedang memperhatikannya.
"Kamu tuh nggak bisa sopan apa sama guru kamu! Maen nyelonong aja! Emang kamu pikir kamu siapa? Siswa teladan? Bukan kan? Kebanggaan sekolah? Itu kesalahan besar!"
"Udah?" Leo menatap gurunya itu. "Kalo Bapak nggak mau saya masuk kelas Bapak, itu bukan masalah buat saya! Apa gunanya juga sih saya masuk kelas Bapak yang ngebosenin." Leo berceloteh.
"Kalau begitu keluar kamu dari kelas saya!" Pak Rudi menunjuk pintu kelas.
Leo tersenyum. "Dengan senang hati." ia melangkahkan kakinya menuju keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TWIN [SUDAH TERBIT]
Teen FictionSaudara kembar? Bagi seseorang yang mendengar itu pasti yang ada dibenak mereka, Keren! Wow! Seru! Tapi menurut gue? Nggak sama sekali! Karena gue saat ini merasakannya. Nama gue Zarina Putri Permata Adi dan gue punya kembaran, Zero Putra Pratama Ad...