Setelah sampai tujuan, mereka langsung turun dari bus tersebut. Berhenti di halte yang jaraknya 20 meter dari rumah. Maklum rumah mereka di komplek rada jauh dari jalan raya.
Mereka pun melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. Zarina sibuk memainkan ponselnya. Ia masih malu dengan kejadian di bus tadi. Namun tiba-tiba Zero sudah merangkulnya manja.
"Hari ini gue seneng banget!" ucap Zero, sedangkan Zarina tetap cuek.
"Ze, kok lo diem aja sih?!"
"Ck, trus gue mesti bilang apa? Benarkan? Wah, apa yang membuatmu senang Zero? Gitu?" jawab Zarina dengan ekspresi yang dibuat-buat.
"Ck, rese lo emang!" Zero berdecak. Ia kembali diam, pikirannya entah kemana.
"Za, motor lo udah jadi belom ya?" sesaat Zero menoleh, menatap kembarannya yang masih asyik memainkan ponselnya. Secepat kilat ia merebut ponsel Zarina.
"Eh, Zero! Lo ngapain sih?!" gerutu gadis itu.
"Lo tadi ngomong sama gue apa sama hape sih!"
"Serah lo deh!" Zarina pasrah. Akhirnya ia mengunci mulutnya. Ia melirik Zero yang masih merangkulnya sambil mengutak-atik ponselnya.
Rese emang!, gerutunya dalam hati.
Akhirnya sampailah mereka di rumah, dilihatnya sang bunda sedang menyiram tanaman. Senyumnya merekah ketika melihat kedatangan anak kembarnya yang sedang akur.
"Udah pulang?"
"Udahlah Bun. Assalamualaikum," jawab keduanya berbarengan dan menyalami sang bunda.
"Waalaikumsalam. Sana gih pada mandi! Bauk," ucap sang bunda membuat keduanya saling pandang.
Keduanya mencium badan mereka, dan saling lirik.
"Lo yang bauk!" ucap keduanya berbarengan.
"Enak aja! Lo yang bauk!" sanggah Zarina.
"Gue nggak pernah bauk! Elo itu!" sanggah Zero tak terima.
Mereka saling menatap dengan pandangan mematikan, seketika ide Zarina muncul. Ia mengambil selang yang masih dipakai sang bunda dan mengarahkan ke Zero.
"Hiyaaa!!"
"Argh, Zarina! Sialan lo!" teriak Zero dan menjauh.
"Eh, kok kalian malah guyur-guyuran sih! Basah nanti!" teriak sang bunda yang melihat anak kembarnya berlarian dengan selang yang menyala.
"Rasain lo Zero! Mandi sono! Biar nggak bauk!" teriak Zarina yang terus menyiram Zero dengan air.
Zero terus berlari menghindar dari serangan kembarannya itu.
Mereka pun sudah melempar ke sembarang tas yang tadi dibawanya.
Ah, rese lo!
Seketika Zero mendapat ide, ia menghentikan langkahnya, menatap Zarina yang berlari ke arahnya. Zarina yang melihat itu malah takut.
Ada yang nggak beres!
Secepat kilat ia berbalik arah dan membuang selang itu. Zero langsung berlari dan mengambil selang yang masih keluar air. Mengejar kembarannya itu yang sudah berlari mengelilingi taman rumah.
"Sini lo bocah! Gue bales lo!" teriak Zero.
"Bunda! Tolong aku!" teriak Zarina, sedangkan sang bunda hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anak kembarnya, beliau sudah duduk di teras rumah, membiarkan anak-anaknya bersenang-senang.
Keributan pun akhirnya berhenti ketika tak sengaja mereka menyiram mobil yang baru masuk ke pekarangan rumah.
"Ayah!" ucap keduanya berbarengan. Zarina segera bersembunyi dibalik tubuh kembarannya yang kekar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TWIN [SUDAH TERBIT]
Fiksi RemajaSaudara kembar? Bagi seseorang yang mendengar itu pasti yang ada dibenak mereka, Keren! Wow! Seru! Tapi menurut gue? Nggak sama sekali! Karena gue saat ini merasakannya. Nama gue Zarina Putri Permata Adi dan gue punya kembaran, Zero Putra Pratama Ad...