Sebelumnya maaf kalo di part ini ada kata yang kurang berkenan.
Happy reading!
*
Mood gadis itu memang belum membaik tapi mau bagaimana lagi, ia harus berangkat dengan Zero. Gadis itu tak banyak bicara, bungkam.
"Jangan pulang sebelom gue jemput!" ujar Zero yang selalu diucapkan setiap mengantar Zarina.
Ugh! Sebenarnya Zarina pedes banget telinganya mendengar perintah itu setiap hari, rasanya ia ingin berteriak di depan wajah Zero 'gue tauk bego!' tapi tidak! Ia sedang marah dengan kembarannya itu.
Zarina tak menjawab, ia langsung melenggang memasuki gerbang sekolah setelah memberikan helm pada Zero. Sedangkan Zero menatap kepergian kembarannya tanpa mendapat semprotan perpisahan dari gadis itu. Ia merasa kehilangan ketika Zarina diam seperti itu, berasa separuh jantungnya mati.
●●●
Selama jam pelajaran berlangsung Zarina sama sekali tak ada niat untuk memperhatikan. Ia kesal sekali dengan kembarannya itu. Ugh!
"Jadi lo udah punya tunangan?" ia segera menoleh, Gina, temannya itu berbisik.
Zarina menghela napas pelan. "Bukan!" temannya itu menampakkan ekspresi bingung mendengar jawaban Zarina.
"Lha kemaren?"
Hem, peduli amatlah kalo nih anak mikir gue punya tunangan, batinnya bosan.
Tet.. Tet.. Tet..
Bel istirahat berbunyi, pelajaran Pak Dayat akhirnya berakhir juga. Err.. guru satu itu kalau mengajar bikin ngantuk, ngomongnya lembut nggak ketulungan, pelannya uh! Cuma kedengeran murid yang duduk di meja depan termasuk Zarina. Ah, tuh anak kalau duduk di kursi belakang pasti sudah molor kayak temen-temen yang lainnya dan giliran dengar bel istirahat pada melek.
"Mau ke kantin Zar?" tanya Gina yang melihat Zarina bangkit dari duduknya.
"Toilet," jawabnya dan berlalu.
Setelah edisi buang airnya kelar, ia berencana untuk mampir kantin, perutnya sudah keconcongan.
Namun, setelah keluar dari toilet, ia melihat beberapa cewek masuk ke toilet dan mengunci pintu utama toilet.Eh, ada apa nih?, batinnya bingung ketika salah satu dari mereka mendekat.
"Lo anak baru ya?" tanya gadis berperawakan tinggi dengan rambut digerai, biasa saja nggak cantik.
"Kalian siapa ya?" tanya Zarina, ia seperti pernah lihat sebelumnya.
"Heh, pikun lo!" ucap gadis satunya yang baru saja mengunci pintu.
Eh, itu bukannya cewek modis yang waktu gue tanya ruang BK? Mampus! Mereka mau ngapain nih?, batin Zarina bertanya tanya.
"Oh, maap gue lupa. Em.. gue boleh keluar?"
"Keluar? Kita susah payah ngurung lo disini terus ngeluarin lo gitu aja?! Enak banget ya," ucap gadis yang berbeda lagi.
Em, kalo dihitung tuh cewek ada empat tapi yang satunya belom nonggol ke peradaban, masih ngumpet di belakang. Kayaknya si leader, batin Zarina menganalisis. Ia tuh bukan tipe cewek yang takut dibully. Berantem adalah makanan sehari-harinya, dulu.
"Lo berani deketin Leo?"
Nah kan bener dia leader-nya, Zarina tersenyum kecut ketika sang leader muncul dari belakang ketiga temannya.
Eh, apa katanya deketin Leo? Cih, mau bully gara-gara masalah cowok? Bukan gue banget!, cibirnya dalam hati.
"Maaf ya Kakak Kakak, Mbak Mbak.. gue nggak punya urusan sama kalian." Zarina melangkah namun rambutnya sudah ditarik membuatnya sedikit terjunggal ke belakang.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY TWIN [SUDAH TERBIT]
Dla nastolatkówSaudara kembar? Bagi seseorang yang mendengar itu pasti yang ada dibenak mereka, Keren! Wow! Seru! Tapi menurut gue? Nggak sama sekali! Karena gue saat ini merasakannya. Nama gue Zarina Putri Permata Adi dan gue punya kembaran, Zero Putra Pratama Ad...