"Zar.. Gin.. maafin gue selama ini ya, maafin sikap gue selama ini sama kalian," ucap Niki ketika tiga orang itu berada di taman rumah sakit tersebut.
"Nggak usah bahas yang lalu ya Nik.. gue ataupun Gina pengen ngelupain semua itu," ucap Zarina lirih.
Gina menggerakkan bibirnya sebentar sebelum berbicara. "Iya Nik.. kita kan bisa jadi teman," terangnya.
"Teman?" lirih Niki dengan pandangan kosong.
Zarina dan Gina pun saling pandang dengan cemas, mereka takut sesuatu akan terjadi pada Niki.
"Gue salah ngomong kayaknya," bisik Gina pada teman semejanya itu amat lirih.
Niki menatap kedua orang itu di depannya kemudian muncullah sebuah lekuk di bibirnya. "Gue boleh jadi teman kalian?" tanyanya lirih.
Zarina dan Gina kembali saling menatap dan kembali menatap Niki sembari mengangguk. "Boleh! Boleh banget!" ucap keduanya antusias dan detik berikutnya pun mereka saling berpelukan.
*
"Tinggal gimana cara lo ngendaliin emosi dan ego. Biar saja apa kata orang lo itu siapa dulu asal mereka tahu siapa elo sekarang, cuek aja."
"Niki!" Niki tersentak kaget ketika seseorang mengagetkannya hingga ia tersadar dari lamunan mautnya.
Niki tersenyum ketika ia melihat di depannya kini sudah berdiri teman bahkan sahabat barunya, Zarina dan Gina.
"Lo ngangetin gue aja sih!" gayanya sok merajuk.
"Ye.. lo lama-lama kayak Zarina, banyak ngelamun trus ngomel kalo dikagetin," celetuk Gina.
"Sialan lo!" Zarina segera menoyor kepala temannya itu. "Udah yok, kita ke kantin. Laper gue," ajak Zarina yang sudah menarik tangan dua orang di depannya itu dengan paksa.
Mereka pun berjalan beriringan menuju kantin sembari bercengkerama juga tertawa, namun langkahnya terhenti ketika beberapa orang menghalangi jalannya. Zarina segera memicingkan matanya ke arah Niki.
"Apa kabar Nik? Lama nggak ada kabar nggak tahunya lo gabung sama kurcaci ini, iya? Hebat!" ucap sinis Arana.
Ya.. orang yang menghalangi jalan mereka adalah tiga teman Niki dulu, in the gang-nya Niki CS dulu.
"Mumpung kalian masih dikasih waktu buat hidup lebih lama jadi mending pada tobat deh," celetuk Zarina dengan tatapan sinisnya pada ketiga orang di depannya.
"Wah nyolot nih anak!" geram Lita.
"Nyolot? Kalo gue nyolot, kalian apa? Kolot?" detik itu juga tubuh Zarina terdorong beberapa langkah karena didorong oleh Arana. "Santai dong! Lo sekarang jadi leader? Leader buangan kan? Nggak usah belagu deh," bisik Zarina di akhir kata.
"Lo makin kurang ajar ya!" Arana melirik Niki yang sedari diam pada rangkulan Gina. "Nik, lo sekarang nurut banget ya, ngebiarin jabatan lo sebagai leader diambil sama dia!" tunjuknya tepat di depan wajah Zarina.
"Ei.. hati-hati tuh jari, mau jarinya dipatahin? Nggak cuman tunangan gue yang bisa kayak gitu, gue juga bisa kok," ucap Zarina sembari menepis jari Arana yang menunjuk wajahnya. Ia pun membenarkan posisi berdirinya sebentar. "Gini ya, jabatan apa pun itu nggak penting buat persahabatan. Kalo lo bangga dengan jabatan sebagai leader sekarang berarti kalian-" ia menunjuk Lita juga Tia bergantian. "... udah dijadiin babu sama A-RA-NA! Masih nggak sadar juga? Pikir dong makanya!" Zarina menunjuk pelipisnya dengan telunjuk.
"Eh.. lo nggak ngerti apa-apa ya-"
"Nggak ngerti lo bilang? Gue nggak bego-bego banget kalik! Bahkan gue masih bisa mikir buat dapetin teman bukan mau aja jadi babunya orang itu yang udah lama ngincer jabatan leader. Ck, kasian."
Dilihatnya Lita juga Tia berbisik-bisik, bahkan mereka lupa pernah membenci Niki hanya karena mereka dianggap babu oleh Niki tapi sekarang mereka menyadari satu hal bahwa Arana-lah yang tidak tulus menjadikan mereka sahabat.
"Udah ya.. ngomong sama lo nggak bakalan ada abisnya, rasanya gue pengen muntahin semua isi perut gue di muka lo! Bye, jangan lupa tobat!" sebelum berlalu Zarina sempat menepuk bahu Arana juga kedua cucurutnya.
Setelah mereka selesai dengan urusannya di perjalanan tadi, mereka pun langsung menuju kantin untuk menyantap jajanan di sana. Namun sedari tadi wajah Niki terlihat sayu dan pucat. "Lo nggak papa Nik?" tanya Zarina lembut sembari memegang punggung tangan gadis itu.
Niki tak segera menjawab, kedua matanya bergantian menatap Zarina juga Gina. "Kenapa gue baru sadar kalo ada orang sebaik dan setulus kalian di dunia ini," lirihnya serak.
Zarina dan Gina segera tersenyum mendengarnya. "Ada banyak kok Nik, asal elo liat dari hati," ucap Gina, Zarina pun ikut mengangguk.
"Tadi gue baru ngerasain rasanya ditindas sama entah siapa dia yang berani-beraninya ngomong belagu kayak tadi dan gue ngebayangin ketika gue ngelakuin itu ke kalian dulu." Pelupuk mata Niki sudah penuh dengan air mata yang akan tumpah.
"Lupain masa lalu Nik, elo ataupun orang lain nggak perlu tahu," ucap Zarina.
*
Yosshhaaa.. kayaknya pendek deh, iya gak sih?
Masih ada yang nunggu tidak ya.. huhu
Komen jangan lupa kalo masih mau di next.. dahhh😄😄😄

KAMU SEDANG MEMBACA
MY TWIN [SUDAH TERBIT]
Teen FictionSaudara kembar? Bagi seseorang yang mendengar itu pasti yang ada dibenak mereka, Keren! Wow! Seru! Tapi menurut gue? Nggak sama sekali! Karena gue saat ini merasakannya. Nama gue Zarina Putri Permata Adi dan gue punya kembaran, Zero Putra Pratama Ad...