EPILOG

1.8K 81 10
                                    

WARNING!!!

Siapkan waktu panjang kalian untuk membaca episode terakhir ini, karena panjanggggg wkwkwkw

🍒

Zarina kembali gusar, hatinya tak tenang ketika ia mengetahui bahwa kembarannya tak pulang semalaman. Setelah kejadian mereka berantem di sekolahannya ia tak lagi bertemu Zero karena saat itu ia membantu Leo untuk membawa Niki ke rumah sakit. Ya.. Niki kembali mengalami gangguan psikisnya akibat trauma. Zarina kembali menyesal ketika hal itu terjadi karena dirinya tapi ia lebih cemas lagi ketika Zero tak pulang semalaman. Parahnya lagi ketika kedua orang tuanya sedang berada di Yogyakarta, di rumah neneknya tapi mungkin itu hal baik karena dengan begitu kedua orang tuanya tak perlu tahu masalah mereka.

Tapi Zarina juga semakin cemas ketika hingga malam berikutnya Zero tak juga pulang. Ia bingung harus bagaimana, bahkan Zarina tak punya satu pun kontak teman kembarannya itu. Ah.. memusingkan.

"Lo ke mana sih Za?"

Ting nong.. ting nong..


Lamunannya buyar ketika ia mendengar suara bel rumahnya berbunyi. Dengan malas dilangkahkan kakinya berniat membukakan pintu dan setelah pintu dibuka tampaklah seseorang yang tak asing. "Siapa ya?" tanyanya.

Laki-laki itu tersenyum. "Gue Al, temennya Zero. Masa lupa sih?" jawab sang tamu yang ternyata Al.

"Oh.. Al," gumam Zarina sembari memutar bola mata. "Eh.. Al? Temennya Zero? Iya?" sergapnya cepat ketika ia mengingat sesuatu.

"Iya.. kenapa emangnya?" detik itu juga ditariknya Al untuk masuk ke dalam rumah.

Sudah hampir tiga jam Zarina berkeliling mencari kembarannya ditemani oleh Al tapi tak juga mereka menemukan Zero. Untungnya tadi Al datang ke rumahnya, katanya hanya sekedar main tapi justru kehadirannya itu bisa membantu Zarina mencari Zero.

"Emang Zero suka kabur-kaburan ya Zar?" tanya Al yang sibuk menyetir mobilnya.

Zarina menghela napas pelan. "Kami ada masalah tapi ini masalah besar dari biasanya sih, nggak ngertilah gue sama dia."

"Di sekolah Zero anaknya pendiem banget, susah buat bergaul sama dia tapi untungnya dia nganggep gue temen sih."


Zarina sama sekali tak mendengarkan ucapan laki-laki di sampingnya itu karena pandangannya fokus pada satu titik. "Eh.. Al, bentar-bentar! Coba berhenti!" instruksinya buru-buru.

"Eh kenapa?" perlahan Al menepikan mobilnya.

"Itu.. motornya Zero kan ya?" tunjuk Zarina dari jendela kaca mobil ke arah tempat parkir pada sebuah club.

"Iya sih kayaknya," jawab Al yang terus melihat sebuah motor yang mirip dengan milik Zero terparkir.

"Ayok turun!" Zarina sudah sibuk membuka pintu mobil tersebut dan turun dari sana, Al pun demikian.

Keduanya pun melangkahkan kakinya mendekat ke arah motor tersebut. "Lo hafal pelat motornya kagak?" tanya Al.

"Ck, boro-boro gue ngapalin pelat motor Zero, gue tahu kelasnya Zero aja kagak," celetuk Zarina.

"Btw lo yakin Zero kesini? Tempat kayak gini? Nggak nyangka gue," ucap Al menatap gedung yang selalu aktif malam hari itu.

"Dulu.. sama Zero suka main ke tempat beginian," jawab Zarina.

"Wah.. ngeri ya berarti lo pada."

"Udah yok masuk! Cari Zero, bisa jadi juga Zero kesini." Zarina sudah lebih dulu melangkahkan kakinya masuk ke club tersebut dan diikuti Al.

MY TWIN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang