Part 5

7K 394 5
                                    

Sesampainya di halaman rumah, Zarina masih tak bicara, ia langsung memberikan helm pada Zero dan berlalu, namun langkahnya terhenti ketika lengannya dicekal.

"Lo kenapa?" tanya Zero.

"Lepas!" bukannya menjawab, gadis itu malah memberontak.

"Jawab dulu lo kenapa?!" Zero menaikkan suaranya.

Zarina, gadis itu menatap kembarannya dengan wajah sendu. Ia takut, ia takut pada Zero ketika cowok itu marah. Lagi-lagi matanya buram, air mata itu sudah di ujung namun ia tahan agar tak jatuh.

Zero melemaskan pegangannya pada tangan kembarannya itu ketika melihat wajah Zarina yang takut dan entah apa, tapi ia bisa melihat mata Zarina yang mulai berkaca-kaca.

Ketika mendapat celah gadis itu langsung menarik tangannya, ia berlari masuk ke dalam rumah.

Lo kenapa si Ze!

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, Za itu adekmu kenapa? Kok langsung lari gitu nggak ucap salam." Zero langsung mencium tangan bundanya. Ia menatap ke atas, kamar Zarina.

"Aku juga nggak tahu Bun. Aku ke kamar dulu ya Bun." Zero langsung melangkahkan kaki menuju kamarnya.

Ketika Zero sudah sampai di depan kamarnya, ia malah meneruskan melangkah, menuju kamar sebelah.

"Ze," panggilnya sambil mencoba membuka kenop pintu, namun nihil pintunya dikunci. "Ze, buka dong! Gue mau ngomong!"

Tak ada jawaban.

"Kalo lo nggak buka, gue dobrak nih pintu!" teriaknya lagi.

Lagi-lagi tak ada jawaban.

"Zarina!!" geram, ia amat geram.

Ceklek.

Pintu terbuka, menampakkan sosok kembarannya yang sudah mengganti pakaian dan masih menggunakan masker.

"Lo ada masalah apa si? Cerita sama gue dong!" suara Zero melirih.

"Gue nggak papa, masalah gue cuma satu dan itu elo!" Zarina menatap Zero tajam.

"Gue punya salah apa sama lo? Masalah tunangan? Oke gue minta maaf, tapi--"

"Gue udah nggak peduli! Biarin gue sendiri!"

Blam!

Pintu kembali ditutup. Zero menghela napas kasar.

Kok lo jadi gini sih Ze.

●●●

Dari pulang sekolah sampai malam hari, Zero tak juga menangkap sosok kembarannya itu yang selalu marah, membentak ataupun jahil. Ia merasa kehilangan sosok Zarina seharian ini.

Sampai makan malam pun gadis itu tak turun dari kamar.

"Zarina mana Bun?" tanyanya setelah turun.

"Belom turun dari pulang sekolah tadi. Ada apa sih Kak? Bunda jadi khawatir dia berantem lagi," ujar bunda melemah.

Zero langsung melangkahkan kaki menuju kamar Zarina.

"Ze! Buka, Ze!" lagi-lagi ia berteriak. "Ze, ayo makan! Bunda sama Ayah udah nunggu!"

Tetap tak ada jawaban.

"Apa gue harus ngancem ngedobrak nih pintu?! Ze!!"

Brakk.

Zero menggebrak pintu itu namun tak terbuka.

"Zero, ada apa Nak?" sang bunda berteriak dari bawah.

MY TWIN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang