Pagi ini kelas 12IPA1 sudah berkumpul di lapangan basket pada mata pelajaran olahraga. Semua murid sudah berbaris rapi dan baru saja menyelesaikan pemanasan singkat.
“Selamat pagi anak-anak,” sapa Pak Ewin selaku guru olahraga.
“Pagi Pak,” jawab semangat para murid.
“Yak, untuk olahraga hari ini kita akan belajar bermain bola basket. Kita akan memulai teknik-teknik mendasar dan saya harap yang putri bisa jauh lebih baik. Bisa?”
“Bisa Pak!”
Akhirnya kegiatan pun di mulai, ada empat kelompok yang bermain secara bergantian dan kali ini kelompok Zarina lawan kelompok dua bermain.
Jujur saja, Zarina itu tidak suka dengan yang namanya olahraga basket, bukan hanya basket tapi hampir semua olahraga yang menggunakan bola karena yaa.. dia takut dengan bola. Padahal jelas-jelas kembarannya paling jago dengan basket.
Saat ini Amy mendribel bola menuju ring lawan, ia melempar bola ke arah Rika namun sial bola direbut oleh lawan dan yak Rika kembali merebut bola tersebut.
“Zar! Tangkep!” Rika melempar bola ke arah Zarina. Dengan ragu Zarina siap siaga dengan bola yang sudah melambung tinggi ke arahnya.
Ayok Zarina! Lo bisa!
Dan.... duakkk!
“Ah!” Zarina mengaduh ketika benda keras mengenai keningnya. Tubuhnya terhuyung ke belakang dan kegelapan menyelimuti dirinya.
●●●
“Aduh!”
“Lo kenapa Zer?” Al menghampiri Zero yang sedang memegang kepalanya.
“Egh, enggak! Gue nggak papa kok,” jawab Zero yang sudah kembali menegakkan kepalanya.
“Seriusan? Kalo lo sakit mending istirahat aja, buat masalah basket gue mah bisa hendel,” ucap Al bangga.
“Sial lo! Ya udah gue istirahat bentar ya.” Zero memukul perut temannya itu pelan dan berjalan menuju pinggir lapangan.
Kenapa gue jadi pusing gini sih? Trus kenapa gue jadi inget sama Zarina? Ze, lo nggak papa kan?
Zero merebahkan tubuhnya, satu tangan yang menutupi wajahnya. Hatinya sedang tidak tenang, entah apa dan kenapa ia terus memikirkan Zarina.
“Diminum dulu Zer?” terdengar suara lembut masuk ke gendang telinganya. Zero mengintip dari tangan yang digunakannya untuk menutup mata. Ia segera bangkit ketika tahu siapa orang di depannya.
“Eh Din?” ucapnya gelagapan.
Dinda, gadis itu duduk di sampingnya sambil menyerahkan botol minum dan diterimanya oleh Zero.
“Lo kenapa?” tanya Dinda menengokkan kepalanya menatap Zero.
“Nggak papa, cuman pusing dikit,” jawab Zero setelah meminum minuman dari gadis yang duduk di sampingnya.
Keduanya membisu, sibuk dengan pikiran masing-masing. Entah apa yang ada di pikiran keduanya.
“Din—”
“Zer—”
Keduanya tersenyum kikuk ketika memanggil secara bersamaan.
“Lo duluan,” ucap Zero.
“Egh, elo duluan aja,” sanggah Dinda gugup.
“Elo nggak papa Din.”
“Elo dulu Zer.” Zero menghela napas hingga akhirnya ia membuka suara.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY TWIN [SUDAH TERBIT]
Teen FictionSaudara kembar? Bagi seseorang yang mendengar itu pasti yang ada dibenak mereka, Keren! Wow! Seru! Tapi menurut gue? Nggak sama sekali! Karena gue saat ini merasakannya. Nama gue Zarina Putri Permata Adi dan gue punya kembaran, Zero Putra Pratama Ad...