Part 21

5.6K 345 6
                                    

“Itu jidat lo udah sembuh bener?” tanya Gina menatap kening sahabatnya.

“Masih rada nyut-nyutan sih tapi mendinganlah,” jawab Zarina sembari memegang luka di keningnya yang dilapisi kapas dan plester.

Saat ini keduanya sedang berjalan menuju kantin karena memang jamnya istirahat namun tiba-tiba Zarina menabrak seseorang lumayan keras.

“Eh.. aduh!” ringisnya bersamaan dengan orang itu.

Zarina menatap orang yang ditabraknya. “Eh, sorry,” ucapnya lirih namun orang itu malah berlalu begitu saja dengan kepala menunduk.

“Itu Niki kan?” pertanyaan Gina mengagetkan lamunan Zarina melihat kepergian orang yang ditabraknya ya.. Niki.

“Iya, kok tumben dia ketemu gue jadi jinak gitu.”

“Mungkin dia udah diperingati sama Leo, semoga dia bisa berubah jadi kayak dulu aja deh,” ucap Gina.

Keduanya pun melanjutkan perjalanan mereka.

“Maksudnya kayak dulu?” tanya Zarina tak paham.

“Niki tuh nggak kayak gitu dulu. Pas kelas sepuluh dia anaknya pendiem dan nggak punya temen terus pas kenal Leo juga ketiga cucurutnya itu dia jadi gabung sama geng tiga orang itu dan gue nggak tau dia bisa secepat itu berubah,” jelas Gina panjang lebar.

“Masa sih? Kok gue jadi penasaran,” lirih Zarina.

“Udahlah, ngapain ngurusin dia. Yok duduk sini aja.” Gina menarik Zarina untuk duduk di kursi kosong paling pojok.

“Eh, itu kan temen-temennya Niki,” ucap Zarina ketika melihat ketiga teman Niki berkumpul tak jauh dari kursi mereka. “Jangan-jangan Niki dibully sama mereka?” tanyanya menatap Gina.

“Ketiga cewek itu emang sekelas tapi Niki nggak sekelas, mereka ke mana-mana bertiga terus dan ya tambah Niki itu yang gabung,” ucap Gina. “Udah sih Zar, ngapain lo mikirin orang kayak dia. Bosen hidup lo?”

“Sialan lo!” umpat Zarina sembari menyenggol temannya itu.

●●●

“Leo, sorry lama,” ucap seorang perempuan yang sudah berjalan mendekat.
“Nggak papa. Egh, gimana kabar lo Nik?” tanya Leo yang sudah duduk di samping cewek itu, Niki.

Ya, ia memang sengaja mengajak Niki bertemu ketika jam pelajaran berakhir.

“Kabar gue? Lo masih tanya kabar gue?!” Niki mendongakkan kepalanya, menatap mata tajam seorang Leo Tirtanu.

“Nik, sorry.. sorry banget buat yang kemaren-kemaren, bukan maksud gue nggak peduli justru gue peduli banget sama lo Nik! Percaya sama gue,” ucap Leo menatap wajah perempuan di depannya sendu.

“Gimana bisa lo peduli sama gue, Leo! Lo sendiri yang ngancurin kepercayaan gue! Elo sendiri yang sengaja biar gue nggak percaya sama lo! Gue cuman punya lo Leo! Kenapa lo giniin gue!” teriak Niki histeris sembari memukul dada bidang cowok itu.

“Maafin gue Nik,” ucap Leo tanpa menghentikan aksi Niki justru cewek itu berhenti sendiri dengan tangan yang masih memegang kemeja Leo dan kepala yang menunduk. Bahkan isakkannya jelas terdengar.

“Kenapa lo tega Leo,” cicit Niki pada akhirnya.

“Gue kayak gini karena gue nggak mau lo kayak sekarang! Gue bahkan nggak kenal sama Niki yang sekarang.”

Niki mendongakkan kepalanya, menatap wajah yang mulai mengeras itu. “Gue minta maaf Leo.”

“Lo tau kan gimana caranya biar gue maafin elo?”  Leo menaikkan sebelah alisnya. Saat itu juga Niki mengangguk pelan dan dengan segera direngkuhnya tubuh gadisnya itu.

MY TWIN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang