Jam hampir menunjukkan pukul tujuh pagi, namun seseorang yang ditunggunya tak juga datang. “Leo kok belom dateng ya?” gumam Zarina.
“Bolos lagi kalik,” celetuk Gina yang sedang asyik membaca novel yang baru dipinjamnya dari perpustakaan.
Zarina kembali teringat bahwasanya Leo tak berangkat sekolah kemarin tanpa surat ijin atau semacamnya, ia juga tak melihat Niki di area sekolah terutama kantin.
Nanti gue ke rumah Leo aja kali ya, balikin HP-nya?, batin Zarina menimang-nimang.
Akhirnya ia pun bertekad untuk menghampiri Leo ke rumahnya, ia hanya berniat untuk mengembalikan ponsel laki-laki itu saja tidak lebih.
Tok.. tok.. tok..
Ceklek!
Zarina selangkah mundur dengan harap-harap cemas. Dilihatnya laki-laki bertubuh tinggi dengan wajah yang tak asing. Laki-laki itu menaikkan satu alisnya tegas.
“Egh, Leo?”
Eh.. bukan deh! Sorot matanya beda tapi mukanya mirip banget, batin Zarina menelaah.
Dilihatnya penampilan laki-laki di depannya dengan sesama, kemeja putih dibalut jas hitam elegan juga dasi hitam, celana kain juga sepatu kantor senada.
Oh.. astaga! Abangnya Leo?!
“Cari siapa?” lamunan gadis itu buyar ketika laki-laki di depannya bersuara.
“Egh, maaf.. saya cari Leo,” jawab Zarina berusaha menetralkan rasa gugupnya.
“Kamu siapa? Ada perlu apa? Rasa-rasanya saya belum pernah melihatmu.” Laki-laki itu meneliti wajah Zarina dengan sorot mata tajamnya.
Jujur, Zarina sangat takut dengan situasi ini. “Egh, maaf sebelumnya Kak.. perkenalkan nama saya Zarina, saya teman sekelasnya Leo dan tujuan saya kesini untuk mengembalikan ponselnya yang tertinggal,” jelasnya tanpa jeda.
Laki-laki itu memicingkan matanya kemudian tersenyum tipis. “Masuk!” perintahnya sembari menggeser tubuhnya untuk memberi jalan masuk gadis di depannya.
Dahi Zarina berkerut, ia kembali bingung. “Egh, Kak.. saya cuman mau ketemu Leo untuk mengembalikan ponselnya, kalau Leo tidak ada di rumah saya ijin pamit saja,” ucapnya santun sembari sedikit menundukkan kepalanya.
“Saya mengizinkan kamu masuk, masuklah dulu.”
Dengan susah payah ditelannya saliva gadis itu, ia menyesal tak mengizinkan Gina untuk menemaninya tadi. Akhirnya ia pun melangkahkan kakinya memasuki rumah mewah nan megah itu untuk kedua kalinya.
“Duduklah, mau minum apa?” tawar laki-laki berjas itu.
“Egh, nggak usah repot-repot Kak, saya hanya sebentar,” tolak Zarina cepat.
Mereka pun akhirnya duduk berseberangan pada sebuah sofa, sofa bermotif dengan warna merah Maron elegan.
Laki-laki itu berdehem sembari membenarkan dasinya. “Jadi, kamu temannya Leo? Sekelas?”
“Iya Kak.”
“Kenapa ponsel Leo bisa tertinggal di tempatmu?” tanya laki-laki itu lagi.
Zarina berdehem sebentar. “Lusa kemarin Leo sempat menjenguk saudara saya yang sedang sakit dan ternyata ponselnya tertinggal,” tukasnya sopan.
Laki-laki yang Zarina yakin kakaknya Leo itu pun menghela napas gusar. “Sudah dua hari Leo tak pulang ke rumah. Kamu tahu di mana dia?” ia menatap Zarina dengan sorot matanya itu kembali.
“Egh, saya juga kurang tahu Kak. Dua hari ini Leo juga tidak berangkat sekolah,” jawab Zarina gugup.
“Hh.. anak itu suka sekali bolos,” gumam laki-laki itu. “Oh.. bagaimana dengan Niki? Kamu tahu?” tanyanya spontan.
“Niki? Egh, Niki yang saya tahu sama dengan Niki yang Kakak maksud bukan ya?” gumam Zarina menerka-nerka.
“Niki itu satu-satunya teman perempuan Leo yang sering kesini makanya saya kaget ketika tahu kamu temannya Leo. Mungkin kamu bisa ke rumah Niki,” usul laki-laki itu dengan perasaan yang cukup tenang.
“Egh, kalau saya boleh tahu.. kenapa Kak?” tanya Zarina hati-hati.
Laki-laki itu membenarkan jasnya, siap bercerita. “Saya kenal baik dengan Niki juga keluarganya dan keluarga saya diberikan amanat untuk menjaga Niki karena kondisinya yang memprihatinkan ketika ia kehilangan keluarganya. Salah satunya Leo yang selalu menjaga Niki,” jelasnya. “Tapi kamu tahu? Leo menjaga Niki adalah pilihan yang salah! Leo semakin berandal begitu pun Niki, kerjaan mereka hanyalah berfoya-foya dan tidak memedulikan pendidikannya, kerjaannya hanya membuat onar. Pusing saya,” lanjutnya sembari memegang kepalanya.
Menjadi berandal? Berfoya-foya? Pembuat onar? Kenapa dia berpikir kalau itu semua penyebabnya? Ternyata benar apa kata Leo bahwa abangnya pun tak pernah peduli dengan adiknya.
“Maaf Kak sebelumnya saya menyela.. tapi setahu saya apa yang Kakak lihat dari Leo bukanlah karena ia menjaga Niki dan Niki menjadi seperti itu bukanlah karena Leo, mereka mempunyai masalah pribadi,” ucap Zarina memberanikan diri.
“Maksud kamu?”
Zarina berdehem sebentar, ia sedikit membenarkan posisi tubuhnya dan siap bercerita. “Egh, gini Kak.....”
*
Mau ngasih tau aja.. kalo di part ini ada yang gak aku jabarkan semuanya.. jadi yang kepo beli bukunya yupp😉😄😄😄
Intinya.. banyak rahasia yang enggak terungkap disini..🙇🙇
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TWIN [SUDAH TERBIT]
Dla nastolatkówSaudara kembar? Bagi seseorang yang mendengar itu pasti yang ada dibenak mereka, Keren! Wow! Seru! Tapi menurut gue? Nggak sama sekali! Karena gue saat ini merasakannya. Nama gue Zarina Putri Permata Adi dan gue punya kembaran, Zero Putra Pratama Ad...