Chapter 15

8.9K 430 11
                                    

Mana Vote nyaaa... Huhuhuhu... Harus tambahin apa biar dapet banyak vote yaa???
Banyak adegan enaena gtu??

Hahaa... Jujur aja gue takut kalian basaahhh.. Dan membayangkan yang iya iya nanti... Gue dosa ga sih klo bgtu?? 😜😜... #sokpolos

Lanjuuutt... Vote please...!!!

---------------------

Alex's pov

Ini dimana.. Kenapa semuanya gelap.. Gelap.. Gelap... Ku angkat tangan mencoba meraba dan menggapai apapun, tidak dapat.. Aku bingung.. Panik..

"Alex...."

Suara itu... Suara Gadis... Ku putar tubuhku mencari nya.. Tidak ada..

"Gadiiisss... Lu dimana diis?? Gadiis..." teriakku, tiba-tiba setitik cahaya menyilaukan mataku,

Mengerjap perlahan... Dimana? Semuanya putih dan terang, ku perjelas pandanganku mengerjap lagi,

"Bagas..." lirihku, wajahnya begitu dekat dengan mata memerah dan berkantung, entah berapa lama dia tidak tidur

"Alex... Ya Tuhaannn..." Bagas mendekat mengusap wajahku, Dandy, Bima dan Adin ikut mendekat, dan satu lagi... Pak Ryan.. Ngapain dia disini...

"Dandy panggil dokter..." ucap Bagas, kugapai tangannya, aku ingin duduk.. Punggungku pegal dan panas karna berbaring saja, dia membantuku

"Pelan-pelan lex..." ucapnya ,semua wajah di kamarku berubah berbinar, Adin dan Bima masih melihatku tanpa bicara, keduanya mendekat dan merangkulku perlahan bersamaan

"Alex... Gue takut kehilangan lu..." bisik Adin di telingaku, ku coba tersenyum walau sedikit nyeri di beberapa bagian wajahku, tubuh Bima bergetar dalam pundakku, dia menangis, karna kurasakan bahuku basah..

"Hey..." lirihku mendorong keduanya, kulihat Bima sibuk mengelap airmata dan ingusnya

"Kenapa lu?" tanyaku

Dia menggeleng... "Lu tidur lama banget Alex.. 3 hari status koma lu belum ganti jadi titik... Gue takut kalo tiba-tiba jadi titik lu gakan lagi nemenin kita.." dia masih sesenggukan menetralkan ucapannya

Aku diam, berfikir, 3 hari, mungkin Bagas dan mereka semua juga menungguiku selama tiga hari  tanpa tidur, ku tatap bagas dan kedua temanku, tidak lama Adin datang dengan seoranh berpakaian serba putih dengan stetoscope menggantung di lehernya,

Mereka semua kucel dengan kantong mata yang.. Ahh.. Ngeri juga ngeliatnya, dokter itu memeriksa detak jantungku, dan menyenteri mata kanan dan kiriku, memintaku mengikuti arah senter itu, aku nurut saja, saat ini masih bingung dengan bagaimana kondisiku sebenarnya

Dokter mengajak Bagas keluar, sementara aku.. Masih canggung menghadapi ke 4 orang di depanku dengan tatapan berbinar-binar

"Huaaahhhh akhirnya... Gue bisa balik molor... Lu tau ga lex... Molor gue ga nyenyak mikirin lu... "Adin menutup mulutnya kemudian, dia sepertinya lupa ruangan ini ada Pak Ryan, dan kini pak guru itu melotot ke arahnya

"Ya.. Kalian pulang aja.. Pasti butuh istirahat.. Biar Bagas yang nemenin gue..." ucapku melirik sinis ke arah Pak Ryan  secara tidak langsung aku bermaksud mengusirnya juga

Apa Aku Lesbian???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang