Terimakasih telah mengajarkan sebuah kuntum bunga untuk menerbangkan serbuk sarinya.
Beberapa hari lalu, atau lebih tepatnya bulan lalu, aku memulai hidup sebagai sebutir serbuk sari. Bertengger di atas sekuntum bunga yang belum mekar.
Ketika hari berjalan, entah apa yang harus kulakukan. Aku tetap saja menjadi seperti ini. Sebuah serbuk sari yang terlihat indah, memiliki peran besar untuk sebuah bunga, tak selamanya bisa terlihat.
Aku sadar, aku hanya satu dari ribuan serbuk sari. Serbuk sari yg dielu-elukan kini hilang ditiup angin. Pergi tanpa peraduan.
Hari ini, bunga sedang bermekaran. Maaf, tapi aku telah pergi. Aku telah tertiup angin yang tak berdosa.
Aku, sebutir serbuk sari yang terhembus angin. Entah kemana aku harus pergi, aku tau aku bisa menumbuhkan sebuah bunga dan menghidupkan ribuan serbuk sari lagi. Namun aku juga tau, aku bisa pergi, hilang, dan tak teranggap.
Terimakasih telah mengajarkan serbuk sari bahwa ia tak selalu menjadi yang pertama. Ia akan jatuh, tenggelam, dan kehilangan arti.
Malang, 9 Desember 2016
DisA
KAMU SEDANG MEMBACA
Andai bisa
PoetryKarena perasaan mudah untuk tertiup angin dan menghilang, biarkan aku menuliskan dan mengenangnya