Tiga Puluh Satu

30 5 1
                                    

Siapa yang masih percaya dengan gravitasi?

Bumi berputar tiap hari. Mengganti bulan baru menjadi purnama. Purnama yang nantinya juga akan hilang tertidur bersama putaran.

Memang, tanah selalu menjadi pijakan. Namun, bukan tak mungkin nyawa, mata, dan akal tak lagi memijak di bawah.

Gaya tarik bumi yang bisa membuat kuntum bunga yang telah layu terjatuh dan kembali membantu kuntum bunga lain tersenyum merekah.

Saat musim gugur bermula, daun yang jatuh tak pernah tau bahwa mereka bisa menyentuh tanah dengan cepat. Setelah mereka diterbangkan angin dan kembali ditarik oleh bumi.

Kau tahu? Angin juga bagian dari bumi.

Dua pasang kaki yang sedang terlipat bersandingan, bercerita membelah kotak ubin di samping tempat kembali potongan pasca-benda.

Mencari kata saat puncak dari tubuh tak lagi berisi. Ah. Mereka berisi, namun ada yang melayang hilang di sebuah lorong tertutup.

Sedangkan, ada lagi yang terbelah dua; mencari. Mencari kata, rasa, dan nyata di tengah bayang jauh lensa cembung.

Ketika ada yang bisa menarik yang terlepas, ada yang berusaha untuk terlepas, dan ada yang menghilangkan.

Siapa yang masih percaya dengan gravitasi?

Ketika ada yang berusaha tetap memijak dan yang lain malah melayang terbang.

Malang, 17 Juli 2017

Di antara penantian dan ketidakpastian

DisA

Andai bisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang