Malam atau siang sama saja.
Aku jadi yakin apa arti sebuah malam dan apa arti sebuah siang.
Untukku, malam adalah peraduan dan siang adalah pengembalian. Malam adalah tabir dan siang adalah selambu. Malam adalah pengembaraan dan siang adalah perjalanan. Tak ada yang berbeda.
Sepertinya aku mengenal siang dari mentari dan malam dari bulan. Ya. Tentu saja.
Aku adalah seekor ikan sekarang. Ikan yang tak pernah disebutkan sebelumnya.
Ada yang menaruhku di dalam sebuah air. Aku mengikuti arusnya. Arus sebuah air yang tenang.
Kukira ia membawaku, ia membawaku pergi menuju sebuah segara yang indah. Namun, aku salah.
Ia tenang dan ia membawa ikan-ikan lain. Bahkan, aku adalah satu yang paling buruk.
Ketika aku melawan arusnya, aku gagal.
Aku jadi yakin apa arti hadirnya hembusan angin.
Ia membuat air bisa berarus, tapi ia juga yang bisa membuat semua orang tersadar.
Angin tak beda dengan mentari. Ia datang di pagi, untuk membangunkan semua orang.
Dan ketika kau telah memiliki angin itu, ia tak lagi bisa membangunkan dan menyadarkanmu dari arus air itu.
Ah. Aku sepertinya salah memilih air. Aku akan keluar dan mencari yang lain. Bodoh.
Layaknya menanti hujan dari atas langit. Yang enggan menatap ke bawah untuk segera menyadarinya.
D.A
Malang, 22 Juni 2017
Mengais kenangan di balik sebuah tangkapan dan tulisan,
DisA
KAMU SEDANG MEMBACA
Andai bisa
PoetryKarena perasaan mudah untuk tertiup angin dan menghilang, biarkan aku menuliskan dan mengenangnya