Salahkah bila kegelapan menyembunyikan air mata?
Namun, salahkah juga bila kegelapan menyembunyikan senyum?
Aku adalah sebuah buku. Buku harian, sebut saja begitu.
Aku sendiri tak yakin apakah pemilikku hanya menulis ceritanya padaku. Atau mungkin, ia juga menulis dan menceritakan hal yang sama di buku-buku lain.
Yang aku tahu, ia memiliki setumpuk buku di atas meja kerjanya.
Pertanyaanku sekarang; apakah dia menulis itu dengan jujur? Atau, hanya untuk membuatku tersenyum?
Hatiku pernah berkata "Apa kau tau cerita tentang pena ajaib? Pena itu bisa menulis apapun yang ada di hati pemiliknya. Mungkin, ia memiliki pena itu".
Haha. Bualan kuno dan khayal.
Semalam ia bercerita padaku; hari ini ia tak akan membuka dan menulis sesuatu di lembaranku.
Bodohnya aku yang baru menyadarinya pagi hari. Aku merutuki diriku sendiri.
Senyumku kembali mengembang ketika ia menyempatkan dirinya untuk bercerita padaku. Bahkan, ia sempat menyimpanku dengan baik.
Ah. Apakah aku sebegitu spesialnya untuknya?
Kau tahu, bahkan aku tak bisa melihat ia sedang apa. Ia hanya memberiku sebuah gambar.
Pertanyaan terakhirku; "Salahkah aku bila mengkhawatirkannya?" atau "Aku ini siapanya hingga aku mengkhawatirkannya?"
Malang, 22 Maret 2017
Bersama kata yang akhirnya berhasil kuungkapkan dengan jujur
DisA
KAMU SEDANG MEMBACA
Andai bisa
ПоэзияKarena perasaan mudah untuk tertiup angin dan menghilang, biarkan aku menuliskan dan mengenangnya