Planar

95 13 1
                                    

Dua hati yang bersebrangan pun akan bersatu. Bukankah begitu?

Selamat malam dunia. Aku baru menyadari betapa indahnya kegelapan. Dalam gelap dan sunyi, malam ini aku telah bercerita meski tanpa suara.

Aku dihadapkan dengan dua sisi dari sebuah -aku tak yakin apa itu- .

Bila itu persimpangan -seperti yang mereka katakan- , mengapa aku harus masuk di kedua jalan nya?

Bila itu sebuah permainan russian roulette -dimana kau harus memilih tempat yang kau yakini tak ada pisau dan itu akan selalu bear-, mengapa aku harus terkena dua bilah pisau?

Bila itu sepatu -yang berpasangan tapi tak akan berarti bila bersatu- , mengapa aku harus membuat simpul dan menyatukan tali-tali mereka?

Ketika tubuhku tertidur di ujung ranjang. Ketika selimut dan alas tidur bisa bersatu karenaku. Ketika sebuah cangkir menuang kembali sisa minuman ke dalam teko.

Serta sebuah kusen pintu yang pasti bertemu di saat seseorang menutup daunnya. Entah daun pintu membuat kusen berharga atau membuatnya terluka. Bukan itu pertanyaanku; akankah keduanya benar-benar bertemu? Bukankah tak semua kusen bisa dipakai oleh daun pintu?

Malam ini berjalan seperti biasa, atau mungkin tidak. Aku membiarkan mataku menyusuri indahnya kegelapan. Ketika kau memahami hanya kegelapan yang bisa menyembunyikan air mata dan senyuman dalam waktu yang sama.

Malang, 12 Desember 2016

DisA

Andai bisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang