Status

40 9 1
                                    

Kau tahu cerita tentang bumi?

Biar aku ceritakan

Bumi merindukan mentarinya.

Ia tahu bahwa mentari tetap di sana dan bersinar. Namun, mengapa ia berjalan menjauh?

Ia tahu, hal yang paling menyakitkan dari mentari adalah cahayanya. Namun, mengapa ia merindukan cahaya itu?

Seberkas cahaya yang merefleksikan spektrum warna di setiap sudut dari kehidupannya.

Seberkas cahaya yang memberi hangat dan kenyamanan di siang yang melelahkan.

Seberkas cahaya yang tak hilang meski bersembunyi di balik rembulan.

Ia merindukannya.

Jangan pernah menanyakan padanya kenapa. Karena, ia bahkan tak tahu apa yang dilakukannya. Ia bahkan tak tahu apa yang dirasakannya. Ia tak tau apa yang dipikirkannya.

Ia benar-benar merindukan mentarinya.

Ketika ia sadar, ia bukan bumi. Ia hanya seekor burung yang terbang dalam kelabunya kejujuran dan birunya cinta.

Ia hanya satu dari semua burung yang dihangatkan oleh cahaya mentari.

Ketika ia juga sadar, mentarinya bukan matahari. Mentarinya hanyalah sebatang pohon yang menjadi rumah dari hijaunya perasaan dan putihnya sebuah kebersamaan.

Mentarinya adalah tempat sarangnya berada. Sekarang, ia sedang terbang entah kemana.

Masa bodoh dengan semua kejujuran.
Masa bodoh dengan semua perasaan.

Pada akhirnya seekor burung tetap kembali ke dalam sarang. Meskipun, bukan di tempat yang sama.

Dan semoga sebatang pohon itu masih menyisakan tempat untuknya kembali.

Kau tahu cerita tentang bumi?

Biar aku ceritakan

Ini tidak seperti yang kau pikirkan.

Ia adalah burung yang terbang kembali ke sangkar. Di atas pohon yang rantingnya pernah menggoreskan luka pada sayap burung itu.

Malang, 2 Maret 2017
DisA

Andai bisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang