Izin

37 9 2
                                    

Mengapa aku berjalan sendirian sekarang? Semakin sendiri saja aku di sini.

Tiap hari angin bertiup dengan kencang. Aku berjalan membelahnya. Berusaha mempertahankan payung untuk melindungiku. Namun, aku gagal.

Aku gagal mempertahankan pelindungku. Mungkin, payungku yang terbang sudah diambil oleh yang lain.

Seberapa sering aku mengatakan ini? Aku lelah. Ya. Sangat lelah.

Jujur, aku sangat menyayangi payung yang perlahan menjadi hitam. Aku takut kehilangan payungku. Ah tidak. Aku sudah kehilangan kuning darinya. Kehilangan merah muda dan biru serta hijau darinya. Perlahan semua menjadi kelabu dan kelamaan menjadi kelam.

Aku rindu payungku yang bisa menjadi selimut untukku. Selimut penuh warna. Semuanya penuh warna. Sayangnya aku belum bisa mengetahui warnanya. Ini belum berakhir.

Biarkan aku mengatakannya sekali lagi. Aku takut kehilanganmu.

Kau tidak mendengarnya? Tak apa.

Ada embun pagi yang melihatku tak pergi ketika cahaya mulai datang.

Ada awan hujan yang menemaniku terbang ke atas langit.

Ada pelangi yang mencoba mengurai datangnya kelabu.

Ada mentari yang merasakan dinginnya air mataku.

Ada bulan yang menerangi langkahku hingga tenggelam ke dalam lautan.

Ada dunia yang memberiku rangkaian kata untuk tetap berdiri.

Dan ada kebohongan yang memaksaku tersenyum ketika kembali tersakiti.

Andai bisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang