Malam. Ini sudah malam. Hari telah berganti malam.
Berapa lama aku bisa bertahan di dalam malam? Atau mungkinkah itu akan berganti. Menjadi, berapa lama malam bisa bertahan bersamaku? Entahlah.
Ini sudah berjalan sangat lama. Ketika aku berulang kali tidak menyapa mentari pagi. Aku membuka mataku ketika mentari telah ada tepat di atas kepalaku.
Tidak. Bukan tentang itu.
Ini tentang bagaimana aku akan kembali menyapa mentari pagi. Bagaimana aku akan menggenggam langit siang. Bagaimana aku menemani awan sore dan akan kembali pulang ketika senja telah tiba. Aku akan kembali dengan itu semua
Atau mungkin...
Aku akan kembali mencoret ratusan kata tanpa arti di bukuku. Aku akan kembali merangkai bualan manis untuk mendapat sebuah goresan tanpa aksara di halaman pertamanya. Aku akan kembali membuka layar dan membiarkan angan menemaniku.
Aku akan kembali seperti itu.
Untuk siapapun yang akan tersakiti, biarkan aku meminta sebuah "iya" dari kata "aku minta maaf"
Maaf.
Namun aku tak seburuk itu.
Hanya saja hatiku belum terjatuh pada sebuah kotak berisi lantunan kata dan angka. Hatiku belum berhasil dipahat oleh lembaran kertas bertuliskan 1001 cabang.
Hatiku baru menjatuhkan dirinya pada beberapa lembaran kertas saja. Tolong, biarkan aku mendekap apa yang kucintai. Biarkan aku memilih untuk yang lain berjalan di sisiku. Biarkan aku melirik mereka tanpa menoleh.
Hatiku tak bisa dipaksa untuk mencintai semuanya. Begitu juga aku. Hatiku telah memilih yang ia cintai. Aku juga akan mencoba mencintai yang lain. Mencoba. Hanya mencoba. Karena aku tau, ini akan tetap berjalan seperti ini.
Aku dan hatiku tak bisa mencintai semuanya.
Maaf.
Namun aku tak seburuk itu.
Malang, 2 Januari 2017
DisA
KAMU SEDANG MEMBACA
Andai bisa
PoetryKarena perasaan mudah untuk tertiup angin dan menghilang, biarkan aku menuliskan dan mengenangnya