Hati terus berjalan.
Ah, typo.
Hari terus berjalan.Apa yang lebih baik dariku sekarang? Tak ada. Bahkan ketika engkau datang dan memberiku pilihan.
Mungkin akan lebih bahagia bersamanya, pikirku, pikirmu pula.
Kenyataannya? Ya. Lebih bahagia. Aku tak harus memberikan beribu permen manis untuk merubah keadaan.
Kita. Ah tidak. Kami, lebih saling memahami. Atau lebih memiliki perasaan yang sama, mungkin.
Bisakah kuulangi? Mungkin.
Mungkin iya. Mungkin tidak.
Ah. Yang asal kau tahu, yang ini sama saja. Tanpa cahaya, tanpa pelita.
Gelap.
Atau lebih tepatnya, kelabu.
Tidak. Jangan kelabu. Aku hanya ingin ini tak memiliki warna. Seperti sebuah pelangi yang belum berujung.
Jujur, ada duri kecil yang bergulung, berjalan, menelisik masuk ke dalam hatiku semalam.
Namun apa yang bisa kulakukan? Aku tak ayal hanya sebuah sajak.
Dan sekarang, aku hanya sebuah sajak tanpa judul.
Aku hanya sebuah sajak tanpa aksara.
Hanya sebuah sajak tanpa syair.
Sebuah sajak tanpa bait.
Sajak tanpa raga.
Tanpa makna.
Dan aku menunggu engkau, mulai menulis dan menjadikanku lebih dari deretan kata tanpa makna.
Malang, 27 April 2017
Bersama langit yang memiliki bulan dan mentari,
DisA
KAMU SEDANG MEMBACA
Andai bisa
PoetryKarena perasaan mudah untuk tertiup angin dan menghilang, biarkan aku menuliskan dan mengenangnya