Mengungkit sebuah gagang pintu di pinggir kotak.
Kembali aku disuguhkan kamar yang dipisahkan oleh sekat-sekat bertulis nama dan nomor. Mereka kembali kosong. Hanya berhias bunga yang kini kehilangan kembang warnanya.
Seseorang pernah tinggal di sini dahulu. Dahulu, ketika tiap malam ia menggores dinding ruang ini dengan kata. Membiarkan kedua mata ini sulit tertutup dan berakhir dengan aku yang terlalu lelah dan jenuh untuk tetap diam.
Aku pernah menggores dinding ini dulu. Bersama senyuman dan ledakan yang bisa saja terjadi antara kedua pundakku. Seorang raja yang bisa mengalahkan dinginnya lantai kamar ini, namun bisa memanaskan dua sisi dari wajahku.
Beberapa dinding kamar terlalu penuh dengan coretan. Ketika kucoba tutup coretan itu, nihil. Bahkan hingga aku harus membersihkan bagian lain dari rumah ini.
Pada akhirnya, aku harus menutup semua dinding dan membiarkannya kembali menjadi putih. Semua kamar ini kembali kosong dan kutinggalkan.
Dan hari ini, ada rasa yang kembali dituliskan di dinding kamar. Coretan tanpa suara yang lagi-lagi membuatku harus menyatukan helai bunga yang telah layu itu.
Bisakah kalian membuatku berhasil mengembangkan bunga warna merah yang dahulu ada di tengah kamar dengan coretan awal dariku?
Mengungkit sebuah gagang pintu di pinggir kotak.
Kotak putih yang terlihat tak memiliki batas, seperti angan dan kenangan.
Pada akhirnya semua tersadar; kotak ini terlalu kecil, seperti kenyataan.
Malang, 13 Juli 2017
DisA
KAMU SEDANG MEMBACA
Andai bisa
PoetryKarena perasaan mudah untuk tertiup angin dan menghilang, biarkan aku menuliskan dan mengenangnya