Tak Terduga

3.1K 108 1
                                    

Karena penyesalan tak pernah hadir di depan, dia selalu mengawal
hati dan berpijak diakhir perjalanan

***

Suara sirine ambulance memecah jalanan Ibukota. Seorang gadis berbaring tak sadarkan diri, tubuhnya kaku, matanya terpejam, menyisakan raut wajah yang pucat dan sayu. Hanya isakan tangis sang adik yang terdengar, dia terus menggenggam tangan kakak kesayangannya itu. Baru beberapa hari dia bertemu dengan kakaknya tapi saat ini yang dilihatnya kakaknya dalam keadaan mengenaskan.

"Teh aku bakal balas semua rasa sakit Teteh, keluarga kita hancur karena orang itu Teh. Aku sekarang udah tau semuanya, Teteh pasti kesepian hidup sendirian selama ini setelah kematian ayah. Arif juga baru tau kalo ayah udah meninggal, Arif pasti bakal ngebalas semuanya," bisik Arif tepat ditelinga Halimah

"Rencana dia buat ngehancurin keluarga kita berhasil, tapi nggak buat yang sekarang. Arif bakal ngegagalin rencananya buat ngebunuh Teteh, Arif bakal jagain Teteh. Teh Halimah
bangun yah!."

Arif menangis sesegukan, tanpa memperhatikan dan menghiraukan orang yang ada di sebelahnya. "Teh kejadian lima tahun lalu nggak bakal terulang lagi."

"Arif bakal lindungin Teteh dan perusahan serta warisan yang Ayah kasih."

"Orang itu harus mati, Teteh begini pasti karna dia. Arif sayang Teteh, jangan pernah berpikir kalo Teteh cuma sendirian, tanpa kasih sayang dan cinta. Teh, sekarang dan sampai kapanpun Arif bakal terus di samping Teteh. Sekarang Arif kembali Teh, adik Teteh yang udah berpisah selama lima tahun ini sangat sayang Teteh. Teh Halimah bangun yah."

Arif menangis sesegukan dan terus berbicara tanpa henti

"Mobil yang nabrak Teteh katanya kabur."

Tangisan Arif memecah malam
"Itu pasti dia."

Suara tangis Arif semakin menjadi jadi, dan hanya keheningan yang menemani.

"Pak cepetan bawa ambulancenya kalo Teteh saya nggak tertolong gimana? Saya nggak mau tau pokoknya lebih ngebut lagi," teriak Arif pada supir ambulance, suaranya sangat serak dan begitu menyedihkan.

Sementara di lain tempat seorang lelaki berdiri dengan tangan gemetar, pikirannya kalut. Dia tak bisa berpikir dengan jernih.

“Gimana kalo gadis itu meninggal? Apa itu salah gua?,” Furqon berteriak frustrasi,
matanya kini membengkak, tangisnya terus pecah tak terbendung

Ini salah gue, Furqon membatin

Ingatan Furqon dipenuhi dengan perbincangannya dengan Halimah sebelum kecelakan dan membuatnya frustrasi sekaligus merasa bersalah, pikirannya kalut.

“Tapi mobil tadi masih bisa untuk nginjak rem, tapi kenapa mobil itu terus melaju kencang? Kenapa nggak nginjek rem?” monolog Furqon, dipikirannya hanya kejadian tadi.

"Furqon sedang apa kamu di sini? kamu tidak berpikir akan mengakhiri hidupdi sini bukan? Hanya karna cintamu ditolak kan" tanya Halimah.

Furqon menoleh melihat siapa yang berbicara padanya "Halimah ngapain lu di sini? mau ngetawain gua karena cinta gua ditolak?," ucap Furqon sinis

"Astagfirullah, aku nggak akan begitu Furqon."

"Alah bullshit lu, pergi lu dari sini gua pengen mati! Jangan ganggu atau pun ikut
campur urusan gua. Nggak ada gunanya gua hidup, orang-orang nggak ada yang sayang sama gua. Orang yang gua cinta pun nolak gua, nggak ada gunanya gua hidup. Mending lu jauh-jauh dari gua! Gua nggak butuh lu kasih hani." Furqon membentak Halimah membuat gadis itu terkejut, sebenarnya dia sangat takut pada orang yang ada dihadapannya ini, sorot matanya penuh dengan kebencian dan luka. Sama seperti dirinya dulu.

Salahkah Aku Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang