Masa lalu tak akan membelenggu jika saja persoalan itu sudah mencapai titik temu
***
"Bi Ida Arif berangkat dulu, Asalamu'alaikum" Arif mencium tangan Bi Ida
"Hati-hati di jalan! Kalo udah sampe langsung nelpon Bi Ida"
"Iya Bi Ida ku tersayang, oiyah Arif tadi udah WhatsApp teh Halimah, tapi nggak dibales-bales. Nanti kasih tau ke Teh Halimah kalo Arif udah berangkat"
"Oke, siap Bos" ucap Bi Ida dengan menirukan gaya hormat militer.
Arif berencana pulang ke rumah Ayah tirinya di Solo, ia merasa bahwa beberapa hari ini ada orang yang selalu membuntutinya, itu pasti ada sangkut pautnya dengan Ayah tirinya itu, begitulah pikir Arif.
Arif sudah izin pada pihak sekolahnya, bahwa dalam beberapa hari dia tidak akan masuk sekolah dikerenakan ada urusan keluarga, dan pihak sekolahpun memakluminya. Jadi Arif tak perlu khawatir untuk urusan sekolahnya di sini.
Arif berjalan memasuki mobil yang akan dikemudian mang Ujang menuju Bandara. Pikirannya sekarang sedang kalut, ingatannya tentang kenyataan yang pahit terus mengusiknya. Tak butuh waktu lama, mobil Xenia putih itu, membelah jalanan menuju tempat tujuan. Arif duduk di kursi belakang dengan pandangan kosong, ingatannya terus dihantui oleh peristiwa yang menyakiti hatinya, sebuah kenyataan yang merobek jiwanya.
Arif berjalan santai menuruni tangga, mencari ayah keduanya, seorang ayah yang menurutnya sangat penyayang, dan penuh kasih, walaupun dia bukanlah anak kandungnya. Arif mendengar seseorang tengah berbincang serius di ruang kerja ayahnya, lebih tepatnya ayah tirinya. Arif tak bisa melihat siapa orang yang sedang ada di dalam sana, tapi Arif bisa mendengar apa yang sedang mereka perbincangkan.
"Bagaimana dengan anak itu?"
"Kita akan memanfaatkan dia" Arif mengenali suara orang yang sedang berbicara, siapa lagi kalau bukan ayah tirinya. Ini suara ayah tirinya.
"Bagaimana caranya?"
"Sebenarnya Arif adalah pewaris yang sesungguhnya, Kakaknya hanya menggantikannya selama umur Arif belum 17 tahun" jelas Ayah tiri Arif
"Jadi harus dimulai dari mana?"
"Ini rencana yang sangat gampang. Karena Ayahnya sudah meninggal, maka gadis itu sekarang sendirian, dia pasti sangat kesepian sekarang ini. Kita buat gadis itu hidup menderita, hingga dia tak mampu menangani perusahaannya, sehingga perusahaan itu diberikan pada Arif sepenuhnya, dan karena Arif belum cukup umur untuk menanganinya, maka aku sebagai Ayah tirinya yang akan menangani perusahaan itu. Dan dari situlah rencana kita akan dimulai, pertama Ayahnya, dan target berikutnya adalah ibunya, tapi wanita itu pintar sekali bersembunyi, hingga kita sulit menemukannya, maka dari itu kita harus segera menemukannya dan membunuhnya."
"Lalu?"
"Tentu saja target berikutnya adalah anak-anaknya, dengan begitu maka rencana kita akan mulus dan aman"
Air mata Arif meleleh, hatinya bagai ditusuk duri-duri tajam. Jadi Ibunya selama ini bukan ada di Singapura, seperti apa yang Ayah tirinya katakan. Tapi Ibunya sedang bersembunyi dari orang-orang yang ingin membunuh dan menghancurkan keluarganya serta Firdaus Corp.
Teh Halimah
Itu nama orang yang dikhawatirkan Arif, bagaimana dengan keadaan Teh Halimah sekarang? Apa baik-baik saja?
Orang jahat, ternyata Ayah tirinya adalah orang jahat
Air mata Arif merembes keluar, dia tak menyangka bahwa semua ini akan menimpa keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salahkah Aku Jatuh Cinta
SpiritualBagaimana rasanya jika cinta kita ditolak? Cinta yang bertepuk sebelah tangan, rasa sayang yang tak terbalaskan, cinta yang hanya satu hati. Rasa perih dan sakit menjalari seluruh hati hingga tak tersisa ruang untuk bahagia. Begitulah kata orang yan...