Apa yang Terjadi?

825 41 9
                                    

Mungkin ini hanya rasa sakit sesaat, aku berusaha melepaskan rasa ini, tapi kenapa begitu sulit? Aku ingin kembalikan hatiku pada-Nya, tapi hati ini terlalu erat mengikat rasaku padamu.
***

Rumah itu dihiasi dengan bunga-bunga cantik berwarna-warni. Tapi yang lebih mendominasi adalah mawar putih, lengkap dengan tenda berwarna putih, yang diperpadukan dengan warna gold, yang membuat indah dekorasinya. Perlahan tapi pasti kaki laki-laki itu melangkah menuju gerbang rumah yang terbuka lebar, dia memandangi rumah yang sekarang tampak begitu berbeda. Berbeda dari yang terakhir kali dilihatnya, ia menatap sekelilingnya, suasana yang ramai, dan tak lupa senyuman menghiasi bibir mereka yang datang ke sini.

Langkah kakinya terasa begitu berat, ia berusaha mempercepat langkahnya. Tapi kenapa seperti ini? Seperti ada sesuatu yang menimpa kakinya, hingga berat saat melangkah. Ingin rasanya dia berlari, tapi kenapa tak bisa? Hanya langkah kecil dan pelan yang mampu dilakukannya. Peluh mengucur dari dahinya, begitu melelahkan. Hanya untuk sampai di depan pintu rumah ini saja membuatnya kehausan setengah mati. Saat berada di tengah pintu, hal pertama yang dilihatnya adalah seorang laki-laki tampan tengah duduk menghadap pada seorang laki-laki yang lebih tua darinya, dan tengah menjabat tangannya.

Mereka seperti berbicara sesuatu, tapi kenapa dia tidak mendengarnya. Kenapa dengan telinganya? Seingatnya dia tidak memiliki masalah pendengaran. Perlahan-lahan dia mulai mendekat dan mendekat. Hingga dia bisa mendengarnya dengan jelas, dan ucapan laki-laki itu mampu menghancurkan dunianya.

"Saya terima nikah dan kawinnya Halimah Ramadhani Firdaus bin Retno Firdaus dengan mas kawin 81 gram emas, dan seperangkat alat shalat dibayar tunai" ucap laki-laki itu dengan lantang

"Bagaimana saksi, sah?"

"Sah"

"Sah"

"Alhamdulillah"

Terdengar helaan nafas yang penuh kelegaan dari orang-orang yang duduk di ruangan itu. Terlihat garis bahagia di mata laki-laki itu, dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Kakinya seperti mati rasa, dadanya sesak. Matanya mulai memanas. Harusnya dia yang ada di posisi laki-laki itu. Cantik, itulah kata yang pantas untuk menjelaskan pemandangan yang dilihatnya. Halimah menuruni tangga dengan anggunya, memakai gaun pernikahan berwarna putih, lengkap dengan jilbab yang membingkai wajah cantiknya. Dan dia mencium punggung tangan laki-laki itu dengan penuh cinta. Semuanya terasa sesak, dan dia berlari sejauh yang dia bisa. "Ini nggak mungkin" teriaknya keras

"Nggak mungkin" teriaknya lagi

"Nggak mungkin" nafasnya terengah-engah

"Nggak mungkin" teriaknya lagi

Peluh membasahi wajahnya, dan nafasnya tak beraturan. Rasanya sangat sesak sekali, siapa laki-laki itu?

Dan dia membuka matanya, melihat jam dindingnya. Nafasnya memburu, wajahnya penuh dengan peluh. Dia melirik jam dinding kamarnya ternyata masih pukul 3 dini hari. Mimpi buruk itu selalu menghantuinya, siapa laki-laki itu? Dia berusaha keras mengingat wajah laki-laki itu, tapi kenapa seakan wajah itu lenyap dalam ingatannya. Hanya satu yang mampu dipastikannya, laki-laki itu memiliki paras yang tampan, dan senyum yang menawan. Dia bergerak dan turun dari kasur king size miliknya, meraih benda pipih miliknya. Jemarinya dengan cepat mengetikan sesuatu.

***

Mentari bersinar dengan teriknya. Cahayanya menyilaukan mata, dan panasnya membakar kulit setiap anak manusia. Siang ini begitu terik, dan membosankan. Begitulah yang sedang dirasakan oleh remaja SMA ini. Di pojokan sana, tampak siswi yang paling gendut memutar kipas kecil yang selalu dibawanya. Sedangkan yang lain, ada yang memilih tidur di atas meja, dan mengipas-ngipas wajahnya menggunakan buku catatan miliknya. Ada yang duduk di kursi dengan kaki selonjoran, dan sibuk memainkan game.

Salahkah Aku Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang