Galau itu adalah perasaan kacau dalam hati, atau bingung dalam memilih sesuatu. Galau ini berasal dari kamu
***Bimbang, itulah kata yang tepat menggambarkan sebuah rasa yang bergejolak dalam dada. Berdiri di sebuah tebing curam dan harus memilih hidup atau mati, itulah perumpamaan yang tepat untuk menggambarkan semua ini.
Haruskah semua ini terjadi?
Sebuah keputusan yang akan mengubah semuanya, sebuah keputusan yang berat untuk dilaksanakan. Seorang pria duduk menyendiri di kursi paling pojok FD Cafe, menyesap kopi khas bumi Toraja. Menelusuri setiap lekuk arsitektur dari Cafe yang elegan menurutnya ini, namun tetap dengan harga makanan dan minuman yang bersahabat di kantong para pelajar.
Masih memakai seragam sekolah dan dengan rambut yang acak-acakan, memakai sepatu tanpa kaos kaki dan dasi yang semraut. Pulang sekolah tadi, Edi memang tak langsung pulang ke rumah. Namun memilih pergi ke Cafe yang dimiliki sang pencuri hati, sosok perempuan yang berhasil merebut hatinya dalam hitungan detik. Cafe ini milik Halimah, perempuan pengisi hatinya saat ini. Ingatannya kembali pada kejadian malam itu, malam yang membuat hari-harinya menjadi buram.
"Ayah kami kenapa?" Tanya Edi
"Kalian tau di mana ayah kami?" Tanya Adi tak sabaran
Kedua kakak beradik ini duduk bersebelahan dengan hati yang tidak karuan, sedangkan kedua pria yang berada di hadapan mereka ini, menunjukkan ekspresi sedih.
"Begini, ayah kalian ada bersama kami. Namun keadaannya kurang sehat, tapi jangan khawatir beliau baik-baik saja. Dan kami di sini mau menyampaikan pesan dari ayah kalian"
"Bapak ini gimana sih? Kalo ngomong yang jelas! Katanya ayah kami baik-baik aja, tapi kenapa keadaannya kurang sehat? Itu namanya nggak baik-baik aja" sewot Adi tak terima.
"Kenapa ayah kami nggak pulang-pulang?" Tanya Edi khawatir
"Kalian jangan khawatirkan ayah kalian, beliau aman bersama kami, ini ada surat dari ayah kalian, silahkan dibaca"
Pria itu memberikan sebuah map coklat, dan sebuah amplop berwarna putih kepada kakak-beradik itu. Adi membuka map berwarna coklat sedangkan Edi membuka amplop berwarna putih. Map berwarna coklat itu berisi buku tabungan dengan nominal yang tidak main-main, surat tanah, dan daftar kekayaan yang dimiliki ayah si kembar.
"Kenapa surat tanah, buku tabungan dan semua ini diberikan kepada kami hah? Apa yang terjadi ? Kami ingin ayah kami kembali!" Teriak Adi marah
Sementara Edi yang berada di samping Adi, diam membisu tanpa ekspresi. Tangannya gemetar dengan air mata yang mengalir dari kedua bola matanya. Kedua pria berbadan besar itu tak ada yang menjawab. Adi dengan nafas memburu mengalihkan pandangannya pada Edi, dan mengambil secarik kertas yang dipegang Edi. Membacanya dengan teliti dan membuat matanya membulat sempurna.
"Apa maksudnya ini?" Bentak Adi
"Apa bener ini dari ayah kami hah? Maksudnya apa?" Teriak Adi tak terima
"Pesan dari ayah kalian harus dilaksanakan" ucap salah satu pria berbadan tegap itu dengan penuh sesal
"Mungkin ini terlalu dini, untuk membahas suatu hal yang seharusnya tak terjadi, tapi inilah takdir! Ayah kalian sudah berjanji tentang itu. Dan salah satu dari kalian yang akan melaksanakannya" jelasnya panjang lebar
"Buku tabungan itu untuk biaya hidup kalian, untuk keperluan sekolah dan yang lainnya" sambungnya lagi
"Kapan ayah kami pulang?" Tanya Edi dengan tak kuasa menahan tangis yang tadi terus dipendamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salahkah Aku Jatuh Cinta
SpiritualBagaimana rasanya jika cinta kita ditolak? Cinta yang bertepuk sebelah tangan, rasa sayang yang tak terbalaskan, cinta yang hanya satu hati. Rasa perih dan sakit menjalari seluruh hati hingga tak tersisa ruang untuk bahagia. Begitulah kata orang yan...