part23

226 16 0
                                    

Happy reading


Typo bertebaran...



Suara elektrokardiogram kini mendominasi ruangan yang bercat putih itu. Yasmin yang masih setia menemani eza, sampai pria itu sadar. Walaupun tadi dirinya sempat dipaksa untuk pulang oleh mami dan papihnya. Tapi yasmin menolak. Hingga malam ini ia masih setia selalu berada disamping eza. Sedangkan pria yang sedang duduk disofa hanya memperhatikan yasmin yang masih bergeming ditempatnya.

Carol beranjak dari tempatnya untuk menghampiri yasmin.

"Yas, kamu baringan dulu aja disofa. Biar aku yang jagain eza."carol berucap lembut.

Yasmin mendongak."nggak ka, aku disini aja."yasmin tersenyum tipis kearah carol.

"Tapi, kamu kan baru sembuh yas. Meningan sekarang kamu istirahat disofa sana. Kalo kamu masih tetep bandel, aku bakal gendong kamu."ancam carol dan itu sontak membuat yasmin melongo.

"Mau aku gendong."ancamnya dengan tersenyum yang tidak dapat yasmin artikan.

Yasmin mendengus sebal. Lalu beranjak dari tempatnya untuk pindah ke sofa.

Carol terkekeh, melihat wajah masam dari yasmin. Gadis mungil itu memang lucu dan tingkahnya seperti anak kecil yang menggemaskan.

Yasmin membaringkan tubuh mungilnya disofa. Sebenarnya dirinya memang ngantuk berat dan terus menguap beberapa kali. Jadi mau tak mau ia harus mematuhi perintah carol. Yasmin mulai memejamkan kedua bola matanya dan beberapa menit dirinya sudah tertidur pulas.

Kini carlo menatap kearah eza. Sang adik yang kini sedang terbaring diranjang dengan alat bantu pernafasan
"Ade gue lemah yah. Lo mau sampai kapan de nggak sadar-sadar. Liat noh, dia nungguin lo bangun. Padahal dokter udah bilang, lo bakal sadar besok pagi. Tapi dia tetep kekeh mau lo bangun secepatnya."carol mengusap lembut rambut eza. Sungguh dirinya begitu menyayangi adiknya.

Dret-dret-drett


Ponsel carol yang berada disaku celananya bergetar. Menandakan ada panggilan masuk dari ponselnya. Carlo merogoh ponselnya dan nomor yang tertera diponselnya itu adalah nomor ibunya. Cepat-cepat carlo menggeser gagang telpon berwarna hijau itu dan menempelkan ponselnya ditelinganya.

"Hallo bu."

"Halo bang, bang malam ini ibu nggak bisa kerumah sakit buat nemenin eza. Soalnya Nayla nggak mau ditinggal. Dan ayah lembur. Tapi nanti pagi-pagi ibu kerumah sakit."ucap bella diserbang sana.

"Gapapa bu, kan ada abang sama yasmin yang jagain eza."

"Yasudah kalian baik-baik disana yah bang. Yasmin nggak pulang."

"Nggak bu. Sip babang kan udah kaya pak RT. Sedia 24 jam."ucap carlo disela tawanya.

Terdengar diserbang sana sang ibu sedang terkekeh geli mendengar gurauwan putra sulungnya itu.

"Yaudah, udah dulu yah bang. Ibu mau tidurin nayla, kamu baik-baik disana bang. Jangan lupa istirahat dan jagain adenya beserta yasmin."pesan bella kepada carlo.

"Sip ibuku tersayang. Tapi sayangnya dibagi dua sama micell yah bu hehehe."

"Dasar kamu ini yah, yaudah ibu tutup dulu yah bang. Assalammualaikum."

"Waalaikumsalam bu."

Tut-tut-tut

Panggilan terputus. Dan carlo menyimpan kembali ponselnya disaku celananya.


***

Matahari mulai terbit disebelah timur. Sinarnya kini menyelinap masuk melalui jendela, dan membuat seseorang yang sedang terbaring dibangkar. mengerejapkan kedua bola matanya. Saat eza membuka matanya perlahan, penglihatannya menyapu kepunjuru ruangan yang berwarna putih itu. Dirinya mengerang kecil sambil memegan kepalanya yang masih terasa nyeri. Eza membuka alat bantu napasnya yang menutupi hidung beserta mulutnya.

"Will You Be My Girlfriend"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang