part 33

180 13 0
                                    

Happy reading....

Typo bertebaran...


"Thanks yah May."ucap Yasmin sambil turun dari motor besar milik May.

"Iyeh selo aje."Laki-laki itu membuka kaca helmnya sedikit.

"Ko lo nggak masuk sih May."tanya Yasmin bingung.

May tersenyum dan memerkan deretan gigi putihnya."gue mau kerumah Eza dulu."

Yasmin yang mendengar nama itu saja sudah membuat jantungnya berdetak begitu kencang."Oh yaudah, lo hati-hati yah."ucap Yasmin sambil tersenyum kikuk dan menepuk bahu lebar May.

May mengangguk dan menutup kembali kaca helmnya dan menyalakan kembali motornya. Dan melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Saat punggung May tidak terlihat lagi, Yasmin memilih duduk didepan pagar rumahnya. Lalu gadis itu menekukkan kedua kakinya dan kedua tangannya bertumpu diatas lututnya. Dan Yasmin pun menenggelamkan wajahnya disana. Rasanya ia ingin melanjutkan tangisannya lagi.

Sedangkan diserbang sana ada sebuah mobil sport merah milik Eza yang kini sedang melihat Yasmin dari kejauhan. Laki-laki itu menurunkan kaca mobilnya ia ingin melihat jelas gadis itu. Matanya memerah melihat gadis yang ia cintainya kini sedang terpuruk karenanya. Rasanya, Eza ingin menghampiri gadis mungil itu lalu memeluknya erat tanpa ingin melepaskan pelukkannya. Namun laki-laki itu mengurungkan kuat-kuat niatnya untuk menghampiri Yasmin.

"Maafin gue yas."tanpa Eza sadari air matanya menetes begitu saja. Tidak ada niatan untuk menghapus air matanya laki-laki itu malah setia melihat Yasmin dari kejauhan. Dan saat itu juga hujan secara tiba-tiba mengguyur. Eza tersentak kaget saat hujan yang tiba-tiba membuatnya khawatir karena Yasmin masih setia dengan posisinya. Tanpa berpikir panjang laki-laki itu menyambar jaket denimnya yang berwarna coklat lalu membuka pintu mobilnya untuk keluar dan menghampiri Yasmin yang masih bergeming. Ia takut jika nanti Yasmin sakit karena masuk angin.

Dengan langkah gontai laki-laki itu menghampiri Yasmin namun saat beberapa langkah lagi ia dekat dengan Yasmin ia melangkahkan kakinya dengan langkah melambat. Kini laki-laki itu sudah berdiri tepat didepan Yasmin, Eza juga melihat bahu Yasmin yang bergetar dan Eza juga mendengar isakan gadis itu. Dengan perlahan Eza pun berjongkok tepat dihadapan Yasmin dan tersenyum miris. Laki-laki yang memakai topi hitam itu menutupi kepala dan punggung Yasmin dengan jaket denimnya yang sudah basah. Setidaknya itu bisa menghangatkan tubuh mungil milik Yasmin.

Gadis mungil itu terlonjak kaget saat ada seseorang yang menyampirkan jaket ke kepalanya.

Yasmin mendongkakan kepalanya. Betapa terkejutnya Yasmin saat melihat Eza didepannya. Laki-laki itu berada dihadapan Yasmin saat ini. Kini jarak wajah mereka sangat dekat dan mata Eza yang terlihat tajam namun meneduhkan itu sangat dekat dengan jarak pandang Yasmin saat ini. Namun, Yasmin mengerajapkan matanya berkali-kali ia takut ini hanya halusinasi. Ternyata Yasmin tidak halusinasi Eza memang benar dihadapannya, menatapnya penuh kerinduan. Dengan derasnya hujan, air mata Yasmin pun menetes dan menjadi isakan tangis yang tak terbendung. Dengan sigap Eza pun memeluk gadis mungil dihadapannya mencoba menenangkannya dengan pelukan. Sama hal dengan Eza dibawah air hujan laki-laki tampan itu juga menangis.

"Kenapa lo jauhin gue za.?"ujar Yasmin sedikit parau. Gadis itu mengeratkan pelukannya. Seakan-akan Yasmin tidak ingin Eza pergi lagi dari hadapannya.

"Za gue mohon sama lo. Jangan tinggalin gue, gue nyesel."ucap Yasmin dengan suara gemetar menahan perih dihatinya. Eza pun hanya membalas dengan pelukannya yang semakin erat. Seperti mengisaratkan bahwa dirinya tidak akan pergi lagi. Namun, sesungguhnya Eza memang tidak bisa menjauh dari Yasmin cinta pertamanya.

"Will You Be My Girlfriend"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang